Jakarta (ANTARA Jambi) - PT PLN (Persero) mengalami rugi bersih Rp10,5
triliun pada semester pertama 2015 atau turun Rp25 triliun dibandingkan
periode sama 2014 saat mencetak laba bersih Rp14,5 triliun.
Sekretaris Perusahaan PLN Adi Supriono dalam siaran pers di
Jakarta, Rabu mengatakan, kerugian terutama karena rugi selisih kurs
Rp16,9 triliun pada semester pertama 2015 dibandingkan laba kurs Rp4,4
trilliun pada semester pertama 2014.
"Untuk mengurangi beban akibat mata uang rupiah terdepresiasi
terhadap mata uang asing terutama dolar AS, perusahaan pada April 2015
telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan
utang usaha valas," katanya.
Sementara, laba operasi atau usaha PLN pada semester pertama 2015
sebesar Rp24,7 triliun atau turun Rp4,1 triliun (14,2 persen) dibanding
periode sama 2014 sebesar Rp28,8 triliun.
Padahal, menurut Adi, dari sisi penjualan listrik pada semester
pertama 2015 mengalami kenaikan cukup signifikan yakni Rp15,5 triliun
atau naik 18,1 persen menjadi Rp101,3 triliun dibanding periode sama
2015 Rp85,7 triliun.
Pertumbuhan pendapatan itu berasal dari kenaikan volume menjadi
99,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,8 persen dibanding dengan periode
sama 2014 97,6 TWh dan kenaikan harga jual rata-rata dari Rp878,44
menjadi Rp1.018,87/kWh.
Jumlah pelanggan PLN pada akhir semester pertama 2015 tercatat 59,5
juta atau naik 6,82 persen dari periode sama 2014 yaitu 55,7 juta.
Kenaikan jumlah pelanggan itu meningkatkan rasio elektrifikasi
nasional dari 80,1 persen pada Juni 2014 menjadi 84 persen pada Juni
2015.
Adi juga mengatakan, subsidi listrik pada semester pertama 2015
sebesar Rp27,4 triliun atau turun Rp30,3 triliun (52,5 persen)
dibandingkan semester pertama 2014 Rp57,7 triliun.
Penurunan tersebut dikarenakan efisiensi biaya penyediaan tenaga
listrik dan kenaikan tarif tenaga listrik pada beberapa golongan tarif.
Total pendapatan usaha pada semester pertama 2015 sebesar Rp132,54
triliun atau lebih rendah Rp14,5 triliun (turun 9,8 persen) dibandingkan
dengan semester pertama 2014 sebesar Rp147,01 triliun.
Beban usaha perusahaan juga turun Rp10,4 triliun atau 8,8 persen
menjadi Rp107,8 triliun dibandingkan periode sama 2014 sebesar Rp118,2
triliun.
Penurunan itu karena substitusi penggunaan BBM dengan batubara atau
energi lain yang lebih murah dan turunnya harga energi primer.
"Efisiensi terbesar dari berkurangnya biaya BBM yaitu Rp19,4
triliun atau 50,5 persen, sehingga pada semester pertama 2015 menjadi
Rp18,8 trilliun dari sebelumnya Rp37,9 trilliun," kata Adi.
Sementara, biaya batubara naik Rp2,1 triliun atau 10,2 persen
menjadi Rp22,4 triliun dan gas naik dari Rp22,7 trilliun menjadi 23,2
trilliun.
Menurut Adi, aset per 30 Juni 2015 tercatat Rp622,5 triliun atau
naik 1,87 persen dibanding 31 Desember 2014 sebesar Rp611,1 triliun.
Kenaikan aset itu terutama disebabkan jumlah aset tidak lancar
mengalami peningkatan 2,1 persen menjadi Rp536,8 triliun pada 30 Juni
2015 dari Rp525,6 triliun pada 31 Desember 2014.
"Peningkatan ini disebabkan adanya investasi pada proyek-proyek
yang masih terus berjalan terutama pembangkit dan transmisi," kata Adi.
PLN rugi Rp10,5 triliun semester pertama 2015
Rabu, 29 Juli 2015 15:42 WIB
......Untuk mengurangi beban akibat mata uang rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing terutama dolar AS......