Jakarta (ANTARA Jambi) - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo
mengungkapkan TNI mengerahkan dua kapal perang ke perbatasan Filipina
menanggapi aksi penyanderaan terhadap WNI yang diduga kembali dilakukan
oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Saya sudah siapkan pasukan di darat, laut dan udara untuk
mengambil tindakan di perbatasan Filipina," kata Panglima TNI saat
menghadiri peringatan HUT ke 64 Kopassus di Cijantung, Jakarta Timur,
Sabtu.
Ia mengaku telah mendapat informasi bahwa pada Jumat (15/4)
sekitar pukul 18.20 WIB di perairan perbatasan antara Malaysia dengan
Filipina telah terjadi penyanderaan terhadap WNI.
"Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang
disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak
dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu
Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan," katanya.
Ia mengatakan, sejak Jumat malam (15/4) TNI sudah mengerahkan dua
kapal perang yakni, KRI Badau-841 dan KRI Slamet Riyadi-352 ke daerah
perbatasan untuk melakukan penjagaan di perairan tersebut.
"Saya tegaskan TNI sudah menyiapkan pasukan untuk melakukan
tindakan tegas, saya ulangi TNI sudah menyiapkan pasukan untuk
melaksanakan tindakan tegas baik di laut, darat dan hutan saya siap.
Kapan pelaksanaan adalah bagaimana koordinasi dengan pemerintah
Filipina," tegasnya.
Jenderal bintang empat ini menyebutkan, pihaknya akan melaksanakan
koordinasi dengan Panglima Angkatan Bersenjata Filipina dan Malaysia
untuk bersama-sama melakukan patroli bersama terkoordinasi.
"Patroli bersama terkoordinasi itu maksudnya, kami mengawal sampai
batas perbatasan terluar Zona Ekonomi Esklusif (ZEE), setelah itu di
wilayah Filipina ya Filipina dan di wilayah Malaysia ya wewenang
Malaysia," ujarnya.
Namun apabila terjadi sesuatu di wilayah negara Malaysia ataupun
Filipina, kata Gatot, maka siapapun militer yang mampu hadir dengan
cepat diperbolehkan melakukan penanganan.
"Ini langkah-langkah yang segera dilakukan. Itulah perjanjian yang
kita buat nantinya, salah satu klausulnya seperti itu (bisa masuk ke
wilayah negara tempat terjadinya gangguan)," kata mantan Kepala Staf
Angkatan Darat (KSAD) ini.
Panglima TNI pun optimistis bila nota kesepahaman patroli
terkoordinasi itu ditandatangani, maka perairan perbatasan ketiga negara
menjadi aman.
"Saya akan melaksanakan koordinasi dengan Malaysia dan Filipina
karena wilayah itu berbatasan dengan ketiga negara. Saat ini Filipina
operasi besar-besaran di kepulauan Zulu. Kita tunggu saja," ujarnya.
Di tempat yang sama, Menteri Koordinator Politik Hukum dan
Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengakui telah terjadi
penyanderaan kembali terhadap empat WNI. Saat ini pemerintah Indonesia
tengah mencermati langkah apa yang harus dilakukan.
"Kita akan evaluasi dari waktu ke waktu sekarang krisis center
sudah berjalan di bawah Polhukam dan kita memantau semua kegiatan itu.
Kita lihat apakah politik atau tebusan-tebusan," jelasnya.
Dalam pembicaraannya dengan Panglima TNI, kata Luhut, tidak
tertutup kemungkinan dibangun kerja sama antara TNI dengan tentara
Filipina dan Malaysia untuk melakukan patroli di perairan tersebut guna
menghadapi masalah perompakan.
"Untuk penyanderaan pertama, kita masih negosiasi oleh pengusaha.
Kita biarkan saja pengusaha dulu, kita monitor dengan baik, kita tunggu
Senin (18/4), tapi saya sampaikan negosiasi ini tidak bisa dilakukan
dengan cepat," ucapnya.
Abu Sayyaf sandera WNI lagi, TNI kerahkan kapal perang ke perbatasan Filipina
Sabtu, 16 April 2016 19:52 WIB
......Satu orang ditembak di bawah ketiak, kemudian empat orang disandera. Dan enam orang selamat sekarang ada di Sabah. Yang tertembak dalam kondisi selamat di Malaysia. Terindikasi adalah kelompok Abu Sayyaf tapi masih dalam penyelidikan......