Jakarta (ANTARA Jambi) - Jumat malam kemarin boleh disebut hari yang
paling membahagiakan bagi sepak bola nasional. Betapa tidak, setelah
dalam waktu hampir satu tahun dikucilkan dari sepak bola internasional,
sepak bola Indonesia akhirnya bisa lagi tampil di luar spektrum
nasionalnya.
Adalah Presiden FIFA Gianni Infantino yang
mengumumkan pencabutan nsanksi kepada Indonesia yang diberlakukan sejak
30 Mei 2015, di hadapan peserta Kongres FIFA di Meksiko.
"Dewan
FIFA hari ini memutuskan mencabut penangguhan Indonesia," kata pengganti
Sepp Blater ini seperti yang tertulis dalam akun media sosial FIFA.
Pencabutan
sanksi ditempuh setelah Kemenpora dinilai tidak lagi mengintervensi
sepak bola Indonesia setelah mencabut pembekuan PSSI Selasa 10 Mei lalu.
Selain
itu, kata Infantino, keputusan pencabutan sanksi ini berkaitan dengan
besarnya pasar sepak bola di Indonesia yang sangat berharga untuk FIFA.
"Pemerintah
Indonesia telah memberi tahu kami bahwa keputusan-keputusan yang
menyebarkan skorsing telah dicabut," kata Infantino.
Sanksi FIFA
memang berakibat fatal kepada Indonesia. Meski hanya setahun, sanksi ini
telah mengubah warna persepakbolaan nasional yang sebenarnya mulai
bangkit. Dampak paling nyata adalah Indonesia tidak bisa turun pada
kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Piala Asia 2019.
Pencabutan
sanksi telah menerbitkan kembali secerah harapan bagi kemajuan sepak
bola Indonesia, minimal semangat untuk kembali membangun mulai muncul.
PSSI
adalah pihak pertama yang tersenyum lebar yang selama dibekukan
Kemenpora, tugas dan fungsinya diambilalih Tim Transisi yang merupakan
lembaga bentukan pemerintah. Gugatan pun ke PTUN sempat dilayangkan
PSSI, hingga tingkat kasasi, dan PSSI menang.
Orang PSSI yang
paling emosional menanggapi pencabutan sanksi FIFA adalah sang wakil
ketua umum, Hinca Pandjaitan. Mantan Ketua Komisi Disiplin PSSI ini
adalah satu orang yang menjadi saksi pemberian dan pencabutan sanksi
oleh federasi sepak bola dunia itu.
"Saat diumumkan PSSI menjadi
keluarga besar FIFA saya langsung berdiri. Saya sangat emosional karena
saat dihukum FIFA pada 30 Mei 2015 saya berada di dalamnya dan sekarang
13 Mei 2016 saya yang pimpin bersama Sekretaris Jenderal PSSI sebagai
pelaku dan saksi pencabutan sanksi itu," kata Hinca seperti dilansir
www.pssi.org.
Dia ingin kisah kemarin itu menjadi pengalaman
berharga yang tidak boleh terulang lagi. Sudah saatnya seluruh pemangku
kepentingan sepak bola Indonesia bergandeng tangan dan membuka lembaran
baru persepakbolaan nasional.
"Mari bergandengan tangan perbaiki
tata kelola sepakbola Indonesia. Terima kasih atas dukungan semua pihak
sehingga kami menuntaskan pekerjaan ini untuk mengembalikan timnas dan
anak-anak Indonesia bermain sepak bola lagi," kata Hinca.
PSSI
mengucapkan terima kasih kepada Kemenpora yang telah mencabut pembekuan
PSSI yang telah menimpa induk organisasi sepak bola Indonesia sejak 17
April 2015 itu. Pemerintah tampaknya sudah menyadari keadaan yang
terjadi selama ini.
Gembira
Kemenpora juga buka
suara. Melalui juru bicaranya, Gatot S Dewa Broto, lembaga ini
menyatakan pemerintah sangat bergembira atas pencabutan sanksi FIFA
karena bakal mendorong persepakbolaan nasional menjadi jauh lebik baik.
"Pemerintah
tentu saja menyambut gembira, dan berharap keputusan itu dapat
mendorong persepakbolaan nasional lebih baik khususnya dari aspek
pembenahan tata kelola organisasi, pembinaan usia diri serta
transparansi," kata Gatot.
Deputi IV Bidang Peningkatan Prestasi
Olahraga Kemenpora juga mengharapkan pencabutan sanksi oleh FIFA bisa
memperbaiki hubungan semua pemangku kepentingan dalam kaitannyha dengan
sepak bola nasional.
Menurut dia, pencabutan sanksi FIFA ini
terjadi tidak lepas dari baiknya hubungan Indonesia dengan federasi
sepak bola dunia pimpinan Gianni Infantino itu. Bahkan komunikasi yang
dibangun berjalan dengan baik termasuk pengiriman delegasi Indonesia ke
FIFA.
Dengan agenda yang jelas, dua delegasi Indonesia --Ketua
Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Erick Thohir dan Ketua Tim Ad-Hoc
Reformasi PSSI Agum Gumelar-- diterima FIFA di Swiss, 26 April dengan
agenda utama menjelaskan masalah sepak bola nasional.
Pada
pertemuan itu dan dalam surat yang dikirimkan ke Mensesneg Pratikno,
FIFA menekankan pentingnya pencabutan keputusan pembekuan PSSI oleh
pemerintah sebelum FIFA mempertimbangkan mencabut sanksi kepada
Indonesia yang telah ditetapkan sejak 30 Mei 2015. Ternyata, himbauan
FIFA direspon baik oleh Presiden Joko Widodo.
"Tentu saja
keputusan FIFA terhadap Indonesia ini tidak lepas juga dari kontribusi
positif PSSI melalui delegasinya yang menghadiri Kongres FIFA di Meksiko
untuk memperjuangkan masalah ini," kata Gatot.
Secara umum, kata
dia, seluruh proses menunjukkan keputusan FIFA adalah hasil kerja
sinergis dari semua pihak, terutama setelah Presiden Joko Widodo
memberikan arahan jelas sejak ada situasi yang kondusif di FIFA.
Pencabutan
sanksi oleh FIFA memastikan Indonesia tidak lagi dikucilkan dalam
pesepakbolaan internasional, apalagi Indonesia akan menjadi tuan rumah
Asian Youth Games 2017 dan Asian Games 2018 yang salah satu olahraga
yang dipertandingkan adalah sepak bola.
Awal baik
Pencabutan
sanksi FIFA juga disambut gembira oleh pemain yang selama ini
menggantungkan kehidupannya kepada sepak bola Indonesia. Mereka kini
menunggu kebangkitan tim nasional yang vakum selama dibekukan oleh
pemerintah.
Salah satu pemain yang mengapresiasi pencabutan
sanksi FIFA adalah Ramdani Lestaluhu. Pemain Persija yang juga langganan
timnas ini mengharapkan sepak bola Indonesia cepat bangkit mengejar
ketertinggalan dari negara lain.
"Ini akan menjadi awal baik
untuk sepak bola Indonesia. Semoga ke depan tidak ada lagi kondisi
seperti ini," kata pemain kenyang pengalaman yang pernah menjadi tulang
punggung Timnas Indonesia U-23 itu.
Lepasnya sanksi FIFA itu
langsung direspon oleh negara tetangga Malaysia. Negeri Jiran itu
langsung menyampaikan tantangan untuk sebuah laga persahabatan antar
kedua negara yang disampaikan langsung oleh perwakilan Malaysia yang
hadir pada Kongres FIFA ke-66 di Meksiko kepada Wakil Ketua Umum PSSI
Hinca Pandjaitan yang menjadi wakil Indonesia.
Pada akun media
sosialnyau @HincaPandjaitanXIII, mantan Ketua Komisi Displin PSSI
mencuit "Bersama perwakilan Malaysia, lsg ajak duel met TIMNAS INDONESIA
VS TIMNAS MALAYSIA ketika tahu sanksi dicabut FIFA".
Ini bisa
menjadi titik balik mengembangkan lagi sepak bola Indonesia, namun
jangan sampai kondisi yang mulai kondusif ini dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang kurang bertanggungjawab.
Pencabutan sanksi bisa
menjadi tonggak untuk perubahan persepakbolaan nasional di mana
pembinaan dan kompetisi yang bermuara pada pembentukan timnas kini harus
ditata esuai dengan aturan yang berlaku termasuk statuta FIFA, AFC dan
PSSI sendiri.(Ant)
Membuka lembaran baru sepak bola Indonesia
Sabtu, 14 Mei 2016 16:15 WIB