Washington (ANTARA Jambi) - Untuk pertama kalinya, para ilmuwan
berhasil menyuntikkan karbon dioksida (CO2) ke dalam tanah basal
vulkanik dan mengubahnya menjadi padat, menawarkan cara yang lebih
menjanjikan untuk menyimpan gas rumah kaca yang dikaitkan dengan
perubahan iklim di dalam tanah.
Para ilmuwan mampu memompa emisi
karbon ke dalam Bumi dan mengubah gas menjadi padat untuk disimpan
selama beberapa bulan, yang secara radikal lebih cepat dari prediksi
sebelumnya yang menunjukkan bahwa proses tersebut dapat membutuhkan
waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun.
Penelitian yang
dipublikasikan dalam jurnal Science pada Kamis (9/6) itu merupakan
bagian dari proyek percontohan yang diluncurkan pada 2012 di pembangkit
listrik tenaga panas bumi Hellisheidi Islandia.
Para ilmuwan dan
insinyur melakukan percobaan dengan menggabungkan CO2 dan gas-gas lain
dengan air dan kemudian memasukkannya ke dalam tanah lewat pipa.
Mereka
ingin mengembangkan metode untuk menyimpan secara aman CO2 yang jika
tidak disimpan akan menuju atmosfer dan menyumbang pemanasan global.
Pembangkit
Hellisheidi, fasilitas panas bumi terbesar di dunia, memompa air yang
dipanaskan secara vulkanik untuk menggerakkan turbin.
Proses itu
menghasilkan 40.000 ton CO2 per tahun, hanya lima persen dari emisi
pembangkit seukuran serupa yang berbahan bakar batu bara.
Selama
bertahun-tahun para peneliti menyarankan pembatasan pemanasan global
menggunakan penangkap karbon dan metode pemerangkapan semacam itu, tapi
mengembangkan teknologi itu terbukti tidak mudah, demikian seperti
dilansir kantor berita AFP.
Ilmuwan temukan cara baru menyimpan CO2
Jumat, 10 Juni 2016 14:50 WIB