Bengkulu (ANTARA News) - Warga Kelurahan Tengah Padang, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu mengembangkan usaha peternakan ayam hutan karena menjanjikan keuntungan.
"Saya mengembangkan peternakan ayam hutan karena prospeknya menjanjikan dan harganya mencapai Rp400.000 per ekornya," kata peternak ayam hutan di Kelurahan Tengah Padang Kota Bengkulu Hasan, Senin.
Ia mengatakan, transaksi ayam hutan tidak pernah sepi pembeli dan harga jualnya paling rendah sekitar Rp150.000 per ekor.
"Bila ayam hutan tersedia pasti selalu ada saja warga yang ingin membelinya," katanya.
Selain dari dalam Kota Bengkulu, pembeli ayam hutan berasal dari Kabupaten Bengkulu Selatan dan bahkan ada yang dari Pulau Jawa.
"Ayam hutan selalu diburu para penggemar hingga dari Pulau Jawa untuk dijadikan koleksi karena memiliki berbagai keunikan yang tidak dipunyai ayam lainnya," katanya.
Ia menjelaskan, ayam hutan dicari para kolektor fauna karena memiliki tubuh unik ditandai kedua telinganya yang berwarna putih.
"Ayam hutan juga mempunyai warna bulu yang cerah sehingga terlihat cantik mempesona. Khusus ayam hutan berjenis kelamin jantan dicari para kolektor karena mampu menampilkan suara kokokan yang merdu," katanya.
Ia mengatakan telah 10 tahun beternak ayam hutan. Bibit ayam hutan ia peroleh dengan cara memasang jerat di hutan Ipuh Bengkulu Utara dan Paku Haji Bengkulu Tengah.
"Kemudian setiap kandang selalu dipelihara satu pasang ayam hutan. Saat ini saya memelihara lima pasang ayam hutan. Bila sedang beruntung, sekitar 30 hingga 50 ekor ayam hutan berhasil menetas dalam satu bulannya," katanya.
Setelah anak ayam hutan dipelihara selama enam bulan, maka hewan tersebut siap untuk dijual kepada para pelanggan.
"Beternak ayam hutan membutuhkan kesabaran dan ketelitian agar terus berkembang biak setiap bulannya. Anak ayam hutan menetas setelah dieramkan induknya selama 21 hari," katanya. (ANT-213/Z002)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2011
"Saya mengembangkan peternakan ayam hutan karena prospeknya menjanjikan dan harganya mencapai Rp400.000 per ekornya," kata peternak ayam hutan di Kelurahan Tengah Padang Kota Bengkulu Hasan, Senin.
Ia mengatakan, transaksi ayam hutan tidak pernah sepi pembeli dan harga jualnya paling rendah sekitar Rp150.000 per ekor.
"Bila ayam hutan tersedia pasti selalu ada saja warga yang ingin membelinya," katanya.
Selain dari dalam Kota Bengkulu, pembeli ayam hutan berasal dari Kabupaten Bengkulu Selatan dan bahkan ada yang dari Pulau Jawa.
"Ayam hutan selalu diburu para penggemar hingga dari Pulau Jawa untuk dijadikan koleksi karena memiliki berbagai keunikan yang tidak dipunyai ayam lainnya," katanya.
Ia menjelaskan, ayam hutan dicari para kolektor fauna karena memiliki tubuh unik ditandai kedua telinganya yang berwarna putih.
"Ayam hutan juga mempunyai warna bulu yang cerah sehingga terlihat cantik mempesona. Khusus ayam hutan berjenis kelamin jantan dicari para kolektor karena mampu menampilkan suara kokokan yang merdu," katanya.
Ia mengatakan telah 10 tahun beternak ayam hutan. Bibit ayam hutan ia peroleh dengan cara memasang jerat di hutan Ipuh Bengkulu Utara dan Paku Haji Bengkulu Tengah.
"Kemudian setiap kandang selalu dipelihara satu pasang ayam hutan. Saat ini saya memelihara lima pasang ayam hutan. Bila sedang beruntung, sekitar 30 hingga 50 ekor ayam hutan berhasil menetas dalam satu bulannya," katanya.
Setelah anak ayam hutan dipelihara selama enam bulan, maka hewan tersebut siap untuk dijual kepada para pelanggan.
"Beternak ayam hutan membutuhkan kesabaran dan ketelitian agar terus berkembang biak setiap bulannya. Anak ayam hutan menetas setelah dieramkan induknya selama 21 hari," katanya. (ANT-213/Z002)
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2011