Jambi (ANTARA Jambi) - Harimau Sumatra dan sejumlah satwa langka dilindungi yang menghuni kawasan hutan adat Guguk di Kabupaten Merangin, Jambi berhasil terekam kamera trap yang dipasang Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi bekerjasama dengan Zological Society of London (ZLS).

Ditemui di Jambi, Jumat, Koordinator Program KKI Warsi, Jambi, Yul Qari mengatakan, sejumlah satwa liar dan langka yang berhasil terekam diantaranya adalah harimau, beruang madu, kucing batu, tapir dan kijang muncak.

"Pemasangan kamera trap ini dilakukan sepanjang Maret 2012 dan ditempatkan dibeberapa titik lokasi hutan adat Guguk," ujarnya.

Menurut dia, kawasan hutan adat Guguk seluas kurang lebih 630 hektar yang berlokasi di Kecamatan Ranah Pembarap, Kabupaten Merangin itu diperkirakan dihuni oleh beberapa spesies satwa langka.

Satwa langka seperti harimau, beruang madu, kucing batu, tapir dan kijang muncak mendapat status Appendict I sesuai dengan PP no 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa. Selain itu, juga terdapat monyet beruk, simpai dan kuaw raja, yang statusnya appendict II atau jika tidak diindungi akan mendekati kepunahan.

"Keberadaan harimau dan satwa lain yang terancam punah di kawasan ini memperlihatkan bahwa kawasan hutan adat Guguk memegang peranan penting sebagai habitat satwa tersebut, sehingga keberadaannya perlu terus dipertahankan dan dijaga," katanya.

Lebih lanjut Yul mengatakan, harimau Sumatera merupakan satwa endemik yang keberadaannya di hutan hutan primer semakin sedikit. Alih Fungsi hutan dan tingginya perburuan harimau menyebabkan harimau Sumatera terancam punah.

"Dalam rantai makanan harimau sebagai pemangsa puncak. Dengan posisi ini, harimau memegang peranan penting menjaga keseimbangan ekosistem. Karenanya harimau membutuhkan habitat yang luas dengan tutupan hutan yang baik," jelasnya.

Dengan posisi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem hutan, harimau berperan melindungi kelestarian dan menyelamatkan kehidupan liar lainnya. Dengan keseimbangan ekosistem ini justru akan membawa keuntungan bagi manusia.

"Secara langsung jika habitatnya rusak sebagimana yang terjadi disejumlah tempat di Jambi, harimau keluar dari habitatnya dan kemudian memangsa manusia. Ini contoh kasarnya, tetapi yang lebih penting dari itu bahwa ketika hutan sebagai habitat harimau rusak, bencana ekologis akan menghampiri manusia, seperti banjir dan longsor," ujarnya lagi.

Untuk itu, kata dia, habitat harimau sudah seharusnya dijaga dan dipertahankan sebagaimana yang dilakukan masyarakat hutan Guguk pada hutan adat mereka.

Untuk diketahui masyarakat Guguk berhasil mengklaim wilayah adat mereka terhadap perusahaan HPH dan diberi izin oleh pemerintah untuk mengelola kawasan tersebut.

Melalui perjuangan panjang, akhirnya masyarakat setempat berhasil mengeluarkan perusahaan di wilayah tersebut dan kemudian mengajukan izin kelola sebagai hutan adat kepada Bupati Merangin dan dikabulkan pada 2003 silam.

Dengan adanya SK pengukuhan hutan adat tersebut, masyarakat Guguk mengelola kawasan ini secara lestari.

Dalam pengelolaannya, kelompok pengelola hutan adat dipilih langsung oleh masyarakat desa. Sejumlah aturan juga ditetapkan pada pengelolaan hutan adat tersebut.

Diantaranya, melalui patroli rutin dan memberikan denda yang cukup besar bagi pelaku penebangan pohon di kawasan ini.

Sementara, kayu dikawasan hutan adat Guguk juga hanya boleh dimanfaatkan untuk fasilitas publik dan itupun harus melewati diputuskan melalui rapat adat.

Menurut Yul, dengan model pengelolaan hutan itu, banyak manfaat yang didapatkan masyarakat. Diantaranya fungsi hidrologi yang berjalan dengan baik, konflik antara masyarakat dengan satwa juga bisa dihindari.

Akibat pengelolaan hutan yang baik, hutan adat Guguk kini menjadi salah satu model pengeloaan hutan yang kerap dikunjungi pihak lain sebagai media belajar bersama baik dari dalam maupun luar negeri.

"Berdasarkan catatan kami, jumlah harimau Sumatera hanya berkisar antara 300-400 ekor saja. Jika tidak ada perlindungan habitat dengan dukungan kebijakan pemerintah, bisa jadi nasib harimau Sumatera akan sama dengan harimau Bali dan harimau Jawa yang sudah lebih dahulu punah," tambah Yul Qari.(T.KR-BS)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012