Jakarta (ANTARA Jambi) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), Gusti Muhammad Hatta menilai pengenalan kembali makanan lokal sebagai pengganti beras sangat penting untuk mengurangi ketergantungan pada konsumsi beras.

"Dulu kita mengenal makanan pokok seperti sagu dan jagung. Entah mengapa, lama-kelamaan diarahkan ke beras. Kita ingin kembalikan seperti dulu. Jangan tergantung pada satu jenis pangan saja," katanya usai pembukaan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke-10, di Jakarta, Selasa.

Diversifikasi pangan jangan sampai dilakukan dengan impor tapi penggantinya harus dari dalam negeri.

"Janganlah makanan yang kita miliki tidak dipakai, tapi kita malah memilih impor karena itu tidak menyelesaikan permasalahan yang ada," kata dia.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka kemandirian pangan masih menghadapi kendala, antara lain pemenuhan kebutuhan pangan seiring dengan pertumbuhan penduduk, lahan subur di Jawa sudah beralih fungsi, dan kendala perubahan iklim.

"Untuk itu kami melakukan sejumlah langkah-langkah yaitu meningkatkan teknik benih unggul, budidaya tanaman di lahan sub-optimal misalnya sorghum," ujarnya.

Selain itu juga ada pengembangan teknologi untuk pengelolaan kelautan, dan perikanan yang berkelanjutan serta pengembangan teknologi untuk penguatan industri perdesaan berbasis produk lokal.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mengatakan, banyak orang bergantung pada beras sebagai makanan pokok karena faktor sosial.

"Di Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya. Dulu mereka mengkonsumsi jagung dan singkong. Tetapi karena penduduk Jawa yang diidentikkan dengan kemajuan, makan nasi, mereka ikut-ikutan. Kalau tidak makan nasi maka dianggap kampungan, tidak maju. Itu kan salah," kata dia.(Ant)

Pewarta:

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2012