Jambi (ANTARA Jambi) - Melambungnya harga kedelai yang saat ini telah mencapai Rp9.800 perkilogram, membuat pengusaha tempe di Kabupaten Batanghari, Jambi, menjerit.

H Sekhan, salah satu pengusaha tempe di Kelurahan Rengas Condong, Kecamatan Muarabulian ketika ditemui, Minggu mengatakan, meskipun harga kacang kedelai terus merangkak naik, hal itu tidak mempengaruhi omset penjualan tempe di pasaran setempat.
     
"Memang harga kedelai naik, tapi tidak begitu berpengaruh terhadap penjualan. Tapi untuk mengurangi kerugian, kami memperkcil ukuran tempe," katanya.
 
Kenaikan harga kedelai, kata Sekhan, bukan pertama kali terjadi. Awal 2012, harga kedelai juga menembus Rp9.800. Bahkan, pengusaha tempe dan tahu se-Indonesia melakukan aksi mogok kerja dan jualan.
      
Dia juga menyebutkan, harga tempe yang dijual di pasar tidak akan mengalami kenaikan seperti kenaikan harga kedelai. Biasanya, pengusaha tempe mengurangi volume tempe dari volume sebelumnya.
 
"Harga tempe sampai saat ini masih seperti biasa, cuma ukurannya saja yang sedikit dikurangi,” ujarnya.
 
Ditanya apakah akan segera mengurangi karyawan bila harga kedelai terus melambung, Sekhan mengatakan tidak akan melakukan hal itu.

"Kalau pengurangan karyawan rasanya tidak, soalnya semua karyawan yang bekerja di sini masih keluarga," katanya lagi.

Selaku penguasaha tempe, ia mengarapkan Pemkab Batanghari khususnya dan Pemprov Jambi mampu mencari solusi atas kenaikan harga kacang kedelai.

Apabila itu tidak dilakukan, besar kemungkinan pengusaha tidak lagi mampu membeli kedelai, apalagi kedelai yang digunakan merupakan kedelai impor.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Batanghari, M Rizal menyatakan belum bisa memberikan keterangan resmi atas kenaikan harga kacang kedelai.

Berulang kali dihubungi melalui ponselnya, hanya terdengar nada "rekam pesan anda setelah nada berikut".(Ant)

Pewarta: Heriyanto

Editor : Edy Supriyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2013