Jambi (ANTARA Jambi) - Sekitar 200 hektare lahan gambut di Desa Gambut Jaya Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, terbakar sejak 10 hari menjelang hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah hingga hari ini.

Ketua Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) Desa Gambut Jaya, Basir, ketika dihubungi dari Jambi, Kamis, mengatakan, api di lahan gambut hari ini terus membesar dan mengarah ke dalam Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan kawasan PT BAM serta ke Plasma B Selasih di wilayah setempat.

"Ya, api belum padam bahkan membesar, kebakaran sudah terjadi sejak 10 hari jelang lebaran, sekitar 200 hektare sudah terbakar. Sudah ada upaya pemadaman oleh kelompok tani peduli api dan tim dari Manggala Agni sebelum lebaran, namun belum berhasil, dan beberapa hari jelang lebaran pun semua pemadam api keluar dari hutan gambut," kata Basir.

Dia mengungkapkan, Rabu (22/7) kemarin, KTPA kembali ke lokasi dan mendapati api semakin besar, bermodalkan dua mesin pompa air, masyarakat peduli api ini mencoba kembali memadamkan api. Namun sayangnya keterbatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi kendala mereka di lapangan.

"Kita tidak punya BBM, bahan bakar yang ada hanya cukup untuk dua jam, selain itu kendala lain yakni ketersedian air. Jadi kita tidak mampu memadamkan api," kata Basir.

Dia mengatakan bahwa timnya hari ini tetap mendatangi lokasi memantau api dan mengoperasionalkan mesin dengan cara swadaya. Sedangkan petugas dari dinas Kehutanan hari ini tidak ada yang turun langsung ke lokasi.

"Di wilayah kami 99 persen gambut, dan sebagian ada yang ditanami sawit perusahaan dan plasma. Namun kebun plasma kami belum terbakar, karena petani terus menjaga wilayah kami. Sementara lahan kelompok tani lain sudah habis terbakar," katanya.

Lokasi pertama kebakaran itu yakni di hutan perbatasan Jambi-Palembang, asap yang membumbung tinggi pun terus terbawa angin, dampaknya api semakin cepat menjalar hingga masuk di kawasan hutan gambut Desa Gambut Jaya.

"Sejak api itu ada, sejak itu pula tidak padam. Siapa coba yang bisa memadamkannya di tengah hutan," tegasnya.

Kepala Bidang Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Jambi, Bestari, mengaku belum mengetahui luas lahan gambut yang terbakar itu karena dirinya sedang berada di luar kota. Namun katanya petugas Polisi Kehutanan (Polhut) Dishut Provinsi Jambi hari ini sudah turun langsung ke lokasi kebakaran.

"Petugas kita sedang turun, nanti saya kabari situasi di sana," kata Bestari ketika dihubungi dari Jambi.

Berdasarkan update data BMKG Jambi tertanggal 23/7, 'hot spot' yang terdeteksi pada Rabu (22/7) melalui satelit terra dan aqua sebanyak 28 titik tersebar di lima kabupaten. Yakni di Kabupaten Muarojambi 16 titik, Tanjung Jabung Timur lima titik, Batanghari tiga titik, Tebo tiga titik dan Merangin satu titik.

Sebelumnya, Gubernur Jambi Hasan Basri Agus, memandang perlu gerak cepat dari pemerintah untuk memadamkan kebakaran di provinsi berjuluk "Sepucuk Jambi Sembilan Lurah" ini.

"Perlu ada semacam gerak dan tindakan cepat dari kita. Kalau hanya menunggu dari pihak Manggala Agni untuk melakukan pemadaman kebakaran di lokasi-lokasi terbakar, agak lambat," katanya.

Saat memantau sejumlah titik api bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dengan menggunakan helikopter di wilayah Jambi beberapa waktu lalu, gubernur mengatakan bahwa pihaknya sudah sepakat dengan Menteri LHK dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk mengirim pesawat 'water boombing' ke Jambi guna memadamkan api kebakaran di lahan dan hutan daerah ini.

"Kalau itu memang bisa operasi di Jambi, saya pikir bisa cepat padamkan api, jangan terbiarkan lama. Begitu ada api, langsung ambil air di sungai, siramkan di lokasi kebakaran," katanya.

Salah satu cara memadamkan api dari kebakaran hutan atau lahan yakni melalui hujan buatan, namunGubernur Jambi menyatakan berdasarkan penjelasan dari pihak BMKG, saat ini belum manjur untuk mengadakan hujan buatan karena kondisi awannya belum sesuai.

"Awan di Jambi belum bisa dijadikan benih-benih hujan. Itu sebabnya direncanakan mengirim pesawat 'water boombing' itu," ujarnya.

Gubernur juga mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi Jambi sedang mempersiapkan SK sekiranya terjadi darurat asap. Pihaknya akan mengeluarkan surat kondisi darurat asap berdasarkan masukan minimal dari dua bupati.

"Kalau penetapan status darurat asap, dalam kondisi yang sangat gawat, Gubernur mengeluarkan SK, supaya dana 'on call' bencana yang memang disiapkan dan sudah ada di pusat itu bisa cepat turun. Gubernur mengeluarkan SK itu juga berdasarkan adanya SK dari bupati, minimal dua kabupaten," katanya. (Ant)           

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Dodi Saputra


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2015