Jambi, 25/8 (Antara) - Deretan kayu bulian yang menjadi penyangga jembatan di dermaga Pelabuhan "Marina" Kualatungkal Kabupaten Tanjung Jabung Barat menjadi saksi bisu peran dan kejayaan pelabuhan itu.

Kendati saat ini telah ada Pelabuhan Roro beberapa kilometer dari pelabuhan itu, namun tidak mengurangi peran dari pelabuhan yang ikut membangun sejarah dan perkembangan di Kualatungkal, yang tidak lain ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.

Terletak di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, berjarak sekira 110 km arah Timur Kota Jambi. Dermaga yang memiliki kapasitas sandar kapal hingga bobot 800 dwt ini, setiap harinya melayani lalu lintas hydrofoil (speed-boat) yang menghubungkan Kuala Tungkal (Jambi) dengan Batam, Tanjung Pinang dan kepulauan lainnya di Provinsi Kepulauan Riau. 

Dari pelabuhan itu hingga ke Batam dengan menggunakan speedboat cukup lama, bisa mencapai delapan jam. Biasannya kapal jenis itu melewati dan singgah di pelabuhan kecil seperti Pulau Burung dan Tanjung Batu sebelum akhirnya berlabuh di pelabuhan Batam.

Dermaga ini juga merupakan tempat berlabuhnya nelayan pencari ikan di daerah yang terkenal dengan kontribusi hasil perikanan lautnya.

Untuk mencapai pelabuhan itu harus melintasi jalan yang tidak terlalu lebar, serta lalu lalang kendaraan yang terkadang kurang beraturan. 

Begitu masuk ke areal pelabuhan tua di Tanjung Jabung Timur itu, suasana kejayaan masa lalu terlihat. Kendati pengunjung saat ini berjalan di atas jembatan dermaga yang terbuat dari beton dengan tiang pancang dari beton juga, tapi di sisi kiri dan kanan masih bisa menyaksikan bangunan-bangunan dengan tiang pancang kayu kualitas nomor satu di Sumatera itu.

Sebuah gudang tua berdiri di sisi kiri. Bangunan gudang yang terbuat dari kayu bulian dan kayu terbaik itu masih berdiri, meski dengan warna kusam, nyaris tidak ada sisa cat yang melekat. Bagian atas pintunya bertuliskan "Gudang Pelabuhan Laut".

 

Bangunan yang berukuran paling besar di kompleks pelabuhan itu masih berdiri, meski hanya satu jembatan ke pintu yang terakses dan digunakan. Kendati sudah usang,  gudang itu masih digunakan untuk penyimpanan barang. Selain itu ada juga kendaraan yang masuk ke sana.

Kendati jauh dari perbaikan atau rehab, namun bangunan yang berbahan baku kayu terbaik dan sebagian dinding dari seng itu masih berdiri. Kayu bulian ukuran besar berjejer, entah berapa ratus terpancang ke dasar pasir putih yang bercampur lumpur di bawahnya.

Pada masa lalu, gudang itu dimanfaatkan untuk penyimpanan barang baik yang akan diangkut keluar maupun yang dipasok ke Kualatungkal.

Sedangkan di bagian seberang gudang tua  itu berdiri perkantoran pelabuhan, mulai dari Dinas Perhubungan, kantor karantina,  UPTD Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (LLASDP) Kualatungkal,  Pos TNI AL dan polisi.

Tidak jauh dari tempat itu, masih ada sisa puing kebakaran Pos TNI AL dan Kantor Polsek Kesatuan Pelaksana Pengamanan Pelabuhan (KP3) Kualatungkal. Kedua bangunan yang terbuat dari kayu itu terbakar pada Sabtu, 3 Juni 2017 lalu.

"Awal Juni lalu kedua kantor itu terbakar, dan saat ini kantor itu pindah sementara," kata salah seorang pengendara sepeda motor yang kebetulan berhenti di lokasi itu.

Sisa kebakaran itu menyisakan arang hitam dari kayu-kayu keras dan berkualitas. Pria itu menyebutkan, bangunan itu kemungkinan akan dibangun lagi dengan yang baru dan permanen.

Di sampingnya berdiri Kantor Badan Karantina Pertanian dari Departemen Pertanian. Berbeda dari bangunan lainnya, bangunan karantina itu sudah terbuat permanen dari tembok dengan tiang pancang tembok beton.

Berjalan ke tengah dermaga itu, disambut dengan hembusan angin laut yang cukup kencang. Dermaga itu biasa digunakan untuk bersandar speed-boat. Kebetulan saat itu air sedang surut, sehingga kapal patroli polisi yang bersandar di sana berposisi di bawah dermaga.

Ternyata, di sisi lain ada pula gudang lainnya yang tampaknya tidak lagi dipakai. Pasalnya dermaga yang mengakses ke gudang kayu itu sudah rusak. Jembatan dermaga lama di sana sudah tidak tersambung lagi, bahkan beberapa bagian sudah terputus. 

Jalan yang mengakses ke dermaga lama itu juga telah ditutup, dengan gerbang bersi bercat putih yang terkunci gembok. Gerbang besi itu pun telah usang, bahkan bagian bawahnya berkarat menandakan akses ke sana sudah sangat lama tidak dipakai. Bahkan bila kurang hati-hati pengunjung bisa tergelincir. Terlebih sisi kiri dan kanannya tidak dibuat pagar pembatas.

"Dermaga itu sudah tidak digunakan lagi, jarang ada orang menginjak. Kecuali saat akan mengeluarkan kapal itu, itu pun jarang," kata Hans, salah seorang warga di sana sambil menunjuk ke arah sebuah kapal kayu tua milik nelayan tertambat.

Deretan kayu ukuran sepinggang berjejer di sana, entah berapa ratus atau ribu batang kayu yang berderet menjadi bagian dari dermaga lama Kuala Tungkal itu.

"Kayunya tampak luar memang seperti itu, namun dalemannya sangat-sangat keras," kata Yadi salah seorang pengunjung pelabuhan itu.

Sesekali perahu  milik  nelayan melintas di bawah dermaga itu dengan kecepatan cukup tinggi dan suara yang khas "tek...tek...tek...tek..."  menuju ke pemukiman mereka di muara Sungai Pengabuan di sana. Mereka melintas setelah menjual hasil tangkapan ikan mereka yang dijual di pasar ikan setempat.

Namun tidak jarang pula mereka mengangkut barang milik para pedagang untuk di kirim ke pelabuhan kecil di wilayah Tanjung Jabung Barat lainnya atau melalui sungai saat air tengah pasang. Sedangkan di bagian tengah, kerap melintas kapal tongkang bermuatan kontainer melintas dengan ditarik dengan kapal ke pelabuhan bongkar muat.

Pelabuhan itu juga menjadi tempat pangkalan TNI AL dan juga Polair Polda Jambi. Sebuah kapal Polair Polda Jambi selalu bersandar di sana bila tidak melakukan patroli. Seperti pada Kamis (24/8) siang, seorang anggota Polair Polda  Jambi bersiaga di  kapal itu. Sedangkan sebuah speedboat ukuran kecil dan perahu karet Polair Polda Jambi juga tertambat di salah satu tiang dermaga.

Kesiagaan Polair dan TNI-AL di pelabuhan itu sangat vital, mengingat pelabuhan Kualatungkal merupakan pelabuhan penting sekaligus pintu gerbang masuk Jambi, selain dari Pelabuhan Roro di sana. Dalam beberapa operasi aparat penegak hukum, berhasil mengungkap tindak pidana penyelundupan narkoba, kayu, minuman keras, barang niaga termasuk terakhir menangkap kapal pengangkut rokok tanpa cukai resmi.

Kesiagaan aparat juga sama di pelabuhan lainnya yang ada di Jambi seperti Pelabuhan Muaro Sabak, Pelabuhan Nipah Panjang, serta Pelabuhan Talang Duku di Muaro Jambi.

Pelaguhan Kualatungkal juga berperan dari hadir dan berbaurnya berbagai suku di sana. Kabupaten Tanjung Jabung yang merupakan pemekaran  dari Kabupaten Batanghari pada tahun 1965, kemudian dimekarkan dengan Tanjung Jabung Timur pada tahun 1999 itu memiliki masyarakat yang heterogen. 

Sejumlah suku yang hadir dan berinteraksi di daerah itu adalah  Jawa, Banjar, Melayu, Bugis, Batak, Minangkabau, Palembang, Tionghoa, Kerinci dan berbagai etnis lainnya berbaur di kabupaten yang terkenal dengan julukan kota bersama ini. 

Pelabuhan itu juga andil dalam distribusi hasil pertanian dan perkebunan yang cukup melimpah kabupaten itu yakni kelapa, kelapa sawit, pinang, dan beraneka buah-buahan adalah sumber daya alam yang banyak terdapat di daerah ini. Juga kekayaan minyak bumi dan gas yang saat ini dikelola oleh perusahaan asing juga merupakan kekayaan asli dari daerah ini.

Dan sekarang, entah sampai kapan deretan kayu-kayu bulian penyangga dermaga itu akan bertahan, ada atau bahkan masih digunakan di pelabuhan itu. Sebagian telah tergantikan beton berucuk besi. Tapi mereka masih tertanam di tepi laut di selingi pepohonan bakau.

Pelabuhan Kuala Tungkal masih tetap memberi peran bagi daerah, kendati ada Pelabuhan Roro yang baru di daerah itu. Dan pancang kayu bulian itu menjadi bukti pembangunan yang menggunakan material terbaik asal daerah itu masih bisa menunjukkan kualitasnya dan "menyaksikan" hadirnya modernisasi pelabuhan itu untuk kemakmuran masyarakat Kualatungkal, Tanjung Jabung Barat alias Tanjabbar.***1*** 









Pewarta:

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2017