Jambi (Antaranews Jambi) - Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Ketahanan Pangan menyatakan tingginya harga ayam potong di daerah itu salah satunya disebabkan terbatasnya dan naiknya harga 'day Old Chicken' (DOC) atau bibit ayam dari produsen.
    
"Dari penelusuran kita, ada tiga hal yang menyebabkan tingginya harga ayam sejak sepekan terakhir," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jambi, Amir Hasbi di Jambi, Jumat.
    
Penyebab pertama kata Amir yakni terbatasnya ketersediaan bibit ayam potong dari produsen atau stok turun lebih kurang 40 persen dan diikuti naiknya harga bibit dikisaran Rp6.500-7.300 per ekor, sedangkan pada posisi normal harga bibit hanya Rp4.000-5.000
    
Kemudian penyebab lainnya yakni harga pakan dan obat-obatan yang mengalami kenaikan rata-rata Rp150 per kilogram dan per tanggal 23 Juli 2018 akan ada kenaikan lagi yaitu Rp250 per kilogram mengikuti naiknya dolar, padahal harga normal Rp12.500.
    
"Karena harga dolar naik maka pakan juga naik sebab hampir 80 persen bahan pokok pakan ayam potong tersebut diimpor," katanya menjelaskan.
    
Selain itu, dilarangnya pemakaian antibiotik growth promotor (AGP) juga membuat pertumbuhan ayam menjadi terlambat antara 2-4 hari. Sehingga untuk menjadi bobot yang sama peternak membutuhkan biayanya tambahan.
    
Menyikapi hal ini, Amir mengatakan Pemprov Jambi bersama Tim Satgas Pangan dan pihak-pihak terkait akan mengumpulkan semua produsen, agen dan broker ayam yang ada di Jambi pada, Senin (23/7) mendatang.
    
"Kita berupaya mencarikan solusi untuk mengatasi tingginya harga ayam potong tersebut," katanya menambahkan.
    
Seperti diketahui, harga ayam potong di pasar-pasar tradisional di Jambi sepekan terakhir terakhir terus mengalami kenaikan hingga Rp60 ribu per kilogram.
    
Selain ayam potong, telur ayam broiler juga mengalami kenaikan signifikan dari harga dari Rp24 ribu sehari sebelumnya menjadi Rp27.200 per kilogram juga disebabkan berkurangnya pasokan.***

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018