Jakarta, Antaranews Jambi - Menteri Kesehatan RI Nina Moeloek meluncurkan prototipe Kit HBsAg untuk mendeteksi virus Hepatitis B dan kit anti HBsAg yang memiliki fungsi untuk mengetahui keberhasilan imunisasi vaksin Hepatitis B, berupa perlindungan antibodi terhadap virus hepatitis B, pada Forum Riset Life Science Nasional di Jakarta, Kamis.

Kit ini diserahkan oleh Iriawati, Wakil Dekan Bidang sumber Daya, Sekolah Tinggi Ilmu Hayati, ITB kepada M Rahman Roestan, Direktur Utama Bio Farma, disaksikan oleh Nila Moelok, Menteri Kesehatan RI.

Nila Moeloek, menyatakan yang perlu diteliti adalah yang menjadi masalah epidemiologi di Indonesia, Konsorsium dan working group ini agar terus melakukan inovasi baru"

"Penduduk dunia mencapai sembilan Miliar dan mobilisasi penduduk yang sangat tinggi, penularan penyakit menular menjadi tantangan, cakupan imunisasi sangat penting agar penularan penyakit tidak meluas"

Rahman Roestan, Direktur Utama Bio Farma,  mengapresiasi hasil penelitian dari konsorsium Hepatitis B, untuk selanjutnya dilakukan hilirisasi dan komersialisasi"

"Kami akan melakukan scaling up produk, persiapan fasilitas produksi, registrasi dan persiapan ke market. Industri butuh waktu sekitar 2 tahun, selanjutnya baru bisa dipasarkan," katanya.

Sementara itu, Neni Nurainy, Peneliti senior Bio Farma yang juga Koordinator Konsorsium Hepatitis B menambahkan " Alat ini memiliki keunggulan dibandingkan kit diagnostik tipe screening yang ada dipasaran, yaitu mampu mendeteksi virus secara kuantitatif, sehingga hasil diagnosis yang didapat lebih akurat dalam menggambarkan kondisi pasien yang diperiksa dibandingkan dengan kit screening yang hanya memberikan hasil positif dan negatif"

Sri Mulyani, Menteri Keuangan juga hadir memberikan keynote speech dalam konteks gambaran besar perekonomian dan bagaimana dukungan negara dalam menentukan riset.


dan mengapresiasi industri yang turut serta berkontribusi dalam ekspor dan menyeimbangkan kestabilan pertumbuhan ekonomi seperti Bio Farma.

"Penelitian dasar atau hilirasi mana yang lebih penting, insentif tax deduction untuk sektor swasta yang melakukan investasi dalam pendanaan riset: serta anggaran penelitian yang sudah besar agar dapat difokuskan dan jelas prioritasnya".

Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional BAPPENAS , Subandi, memaparkan tentang Visi Indonesia 2045, kesinambungan Iptek dan Inovasi Life Science.

Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI M. Natsir yang membuka acara ini, mengatakan Bio Farma sebagai industri, bertugas untuk mengimplementasikan hasil dari riset – riset dasar yang dikerjakan oleh lembaga penelitian atau univeritas yang tergabung dalam konsorsium.

"Bio Farma sebagai industri, jika melakukan riset dasar, akan memerlukan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar, dengan demikian riset dasar dapat dilakukan oleh universitas yang berada di bawah Kemenristek Dikti, sehingga tugas Bio Farma sebagai industri tinggal hilirisasi dari hasil penelitian dasar", ujar Natsir.


Dengan Forum riset diharapkan para periset dapat menyesuaikan dengan standar ondustri, bahan baku yang non animal origin, dengan proses uji yang dapat divalidasi.

Vaksin halal menjadi perhatian dari para riset ini menjadi momentum yang sangat baik untuk melakulan percepatan,

Output dari pertemuan ini berupa publikasi, paten, produk Life Science yang akan berpengaruh secara makro pada bidang iptek, ekonomi dan kesehatan Indonesia secara keseluruhan. (Humas)

Pewarta: Antara

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018