Denpasar, (Antaranews Jambi) - Sebanyak dua ribu penari dari 50 banjar Desa Adat Kerobokan, Kabupaten Badung, Bali menari tari Tenun diajang "Petitenget Festival" sukses memecahkan rekor MURI (Museum Rekor Indonesia).
Manager MURI Andre Purwandono disela penyerahan rekor MURI di Pantai Petitenget, Bali, Minggu malam, mengatakan penghargaan tersebut diraih karena para penari mampu menarikan tari Tenun secara massal dengan jumlah 2000 orang.
"Penghargaan diberikan MURI atas rekor pagelaran Tari Tenun dengan jumlah penari terbanyak. Karena itu layak mendapatkan penghargaan tersebut," ujarnya.
Penghargaan bergengsi itu diterima Bendesa (Ketua) Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja disaksikan Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa, Ketua Panitia "Petitenget Festival" Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra serta undangan lainnya.
Para penari cantik yang berasal dari 50 banjar se-Desa Adat Kerobokan itu sejak tampil awal terlihat begitu memukau.
Bahkan ribuan penonton betah menyaksikan tarian ciptaan seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada 1957.
Pementasan Tari Tenun sekaligus menutup "Petitenget Festival" (Kerobokan Arts & Spirit 2018) yang telah berlangsung selama tiga hari dan berakhir pada Jumat (14/9) mampu menyedot ribuan pengunjung, baik masyarakat lokal maupun wisatawan yang berlibur di Pulau Dewata.
"Tari Tenun ini juga menjadi salah satu ikon Petitenget Festival selain ada Butho Ijo. Kami juga apresiasi terhadap antusias pengunjung dan wisatawan yang membludak salah satunya untuk menyaksikan Tari Tenun yang telah disiapkan sejak beberapa bulan lalu," kata Ketua Panitia Petitenget Festival, Bayu Joni Saputra.
Tari Tenun merupakan tari kreasi khas Bali yang diciptakan oleh seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada 1957.
Tari Tenun ini menggambarkan kegiatan wanita desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana.
Menenun merupakan proses pembuatan kain dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk benang secara melintang pada benang-benang lain.
Gerakan tarian ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun, dan diakhiri dengan menenun.
Keseluruhan gerak tari ini merupakan perpaduan antara unsur-unsur tarian klasik yang didisain dengan gerak-gerak imitatif atau hasil kreativitas penciptanya.
Saat ditarikan secara berkelompok, penari menekankan pada kekompakan gerak sehingga keindahannya semakin terlihat indah.
Selain gerakannya yang unik, busana yang dikenakan oleh para penari tenun juga indah. Biasanya identik dengan warna-warna cerah, seperti kuning, hijau, dan merah. Hiasan kepala yang khas (lelunakan) juga menambah keindahan tarian tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018
Manager MURI Andre Purwandono disela penyerahan rekor MURI di Pantai Petitenget, Bali, Minggu malam, mengatakan penghargaan tersebut diraih karena para penari mampu menarikan tari Tenun secara massal dengan jumlah 2000 orang.
"Penghargaan diberikan MURI atas rekor pagelaran Tari Tenun dengan jumlah penari terbanyak. Karena itu layak mendapatkan penghargaan tersebut," ujarnya.
Penghargaan bergengsi itu diterima Bendesa (Ketua) Adat Kerobokan Anak Agung Putu Sutarja disaksikan Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa, Ketua Panitia "Petitenget Festival" Anak Agung Bagus Bayu Joni Saputra serta undangan lainnya.
Para penari cantik yang berasal dari 50 banjar se-Desa Adat Kerobokan itu sejak tampil awal terlihat begitu memukau.
Bahkan ribuan penonton betah menyaksikan tarian ciptaan seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada 1957.
Pementasan Tari Tenun sekaligus menutup "Petitenget Festival" (Kerobokan Arts & Spirit 2018) yang telah berlangsung selama tiga hari dan berakhir pada Jumat (14/9) mampu menyedot ribuan pengunjung, baik masyarakat lokal maupun wisatawan yang berlibur di Pulau Dewata.
"Tari Tenun ini juga menjadi salah satu ikon Petitenget Festival selain ada Butho Ijo. Kami juga apresiasi terhadap antusias pengunjung dan wisatawan yang membludak salah satunya untuk menyaksikan Tari Tenun yang telah disiapkan sejak beberapa bulan lalu," kata Ketua Panitia Petitenget Festival, Bayu Joni Saputra.
Tari Tenun merupakan tari kreasi khas Bali yang diciptakan oleh seniman asal Banjar Campuhan, Kerobokan yakni Nyoman Ridet pada 1957.
Tari Tenun ini menggambarkan kegiatan wanita desa yang sedang membuat kain tenun dengan alat-alat yang sangat sederhana.
Menenun merupakan proses pembuatan kain dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk benang secara melintang pada benang-benang lain.
Gerakan tarian ini dimulai sejak para penenun mulai memintal benang, mengatur benang pada alat tenun, dan diakhiri dengan menenun.
Keseluruhan gerak tari ini merupakan perpaduan antara unsur-unsur tarian klasik yang didisain dengan gerak-gerak imitatif atau hasil kreativitas penciptanya.
Saat ditarikan secara berkelompok, penari menekankan pada kekompakan gerak sehingga keindahannya semakin terlihat indah.
Selain gerakannya yang unik, busana yang dikenakan oleh para penari tenun juga indah. Biasanya identik dengan warna-warna cerah, seperti kuning, hijau, dan merah. Hiasan kepala yang khas (lelunakan) juga menambah keindahan tarian tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018