Jambi (Antaranews Jambi) - Puluhan mahasiswa dari sejumlah universitas di Jambi mengikuti "Basic Workshop Hoax Busting and Digital Hygiene" untuk menangkal informasi hoaks bagi kalangan mahasiswa di provinsi ini.
Workshop yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, AJI Kota Jambi yang didukung oleh Google News Initiative, Internews itu, digelar di Fakultas Dakwan UIN Sultan Thaha Saiffudin Jambi, Jumat.
Pada kegiatan tersebut diisi oleh dua pemateri bersertifikasi, yakni Afwan Purwanto dan Siti Masnidar.
Dalam kesempatan ini, Afwan menyebutkan banyak dari masyarakat pengguna media sosial di Indonesia yang terjebak dengan informasi hoaks.
Dia menyebutkan, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (AP JII) lebih dari separuh populasi di Indoensia atau 143,26 juta jiwa (54,68 %) dari total populasi 262 juta jiwa terhubung dengan internet.
Bahkan dari tahun ke tahun pengguna aktif mengalami peningkatan. Indonesia saat ini bahkan berada di urutan kelima pengguna internet terbanyak setelah China, India, United States dan Brazil. 89,35 persen menggunakan jasa aplikasi chatting. Dan terbesar kedua adalah pengguna media sosial.
Tingkat kerawanan terpapar informasi hoaks ini juga disebabkan lemahnya budaya literasi dari masyarakat pengguna internet.
"Penetrasi internet yang tinggi tidak diimbangi dengan kemampuan bersikap kritis terhadap informasi yang beredar," ujar Afwan menyampaikan materi dihadapan mahasiswa.
Sedangkan hasil dari penelitan UNESCO tahun 2012 minat baca sebagai upaya literasi di Indoensia masih sangat rendah. Yakni hanya 0,001 persen dari total jumlah penduduk di indoensia.
Kemudian tahun 2014 penelitian UNESCO juga menyebutkan anak-anak di Indoensia hanya membaca 27 halaman buku dalam satu tahun.
"Ini tujuan kegiatan kita, mengenal jenis Dis-Misinformasi, memahami cara menyikapinya dan melakukan verifikasi sendiri," ujarnya.
Ketua AJI Kota Jambi Ramon EPU, mengatakan selama ini persoalan hoaks menjadi masalah sebagai pengguna media sosial yang menimbulkan keresahan.
"Tanpa kita sadari bahwa mugkin kita bagian dari penyebar hoaks, sehingga dalam kegiatan ini akan di sampaikan yang mana disinformasi atau misinformasi," katanya.
Ia berharap agar pengguna internet di Jambi bisa lebih cerdas memanfaatkan kemajuan teknologi dan tak mudah terjebak dengan informasi hoaks.
"Mudah-mudahan kedepan kita bisa tahu yang mana berita hoaks dan salah sehingga kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua," ujar Ramon.
Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Samsu PhD menyampaikan dengan diselenggarakannya workshop di Fakultas Dakwah merupakan sebuah apresiasi tersendiri.
Ia menilai kegiatan tersebut bukan hanya ajang transfer ilmu pengetahuan dan informasi. Namun sudah menjadi hal semestinya agar mahasiswa membudayakan literasi dan verifikasi terhadap suatu informasi.
"Peran dakwah sebagai fakultas keagamaan untuk menjalankan etika komunikasi dalam Islam. Ada empat etika yang harus dijaga dalam berkomunikasi, yakni berkata dengan baik, berkata dengan mulia dan berkata dengan benar serta berkata dengan lembut," katanya.
"Dari empat etika berkomunikasi jika tidak diamalkan maka terjadilah hoaks ini," demikian dekan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018
Workshop yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, AJI Kota Jambi yang didukung oleh Google News Initiative, Internews itu, digelar di Fakultas Dakwan UIN Sultan Thaha Saiffudin Jambi, Jumat.
Pada kegiatan tersebut diisi oleh dua pemateri bersertifikasi, yakni Afwan Purwanto dan Siti Masnidar.
Dalam kesempatan ini, Afwan menyebutkan banyak dari masyarakat pengguna media sosial di Indonesia yang terjebak dengan informasi hoaks.
Dia menyebutkan, berdasarkan survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (AP JII) lebih dari separuh populasi di Indoensia atau 143,26 juta jiwa (54,68 %) dari total populasi 262 juta jiwa terhubung dengan internet.
Bahkan dari tahun ke tahun pengguna aktif mengalami peningkatan. Indonesia saat ini bahkan berada di urutan kelima pengguna internet terbanyak setelah China, India, United States dan Brazil. 89,35 persen menggunakan jasa aplikasi chatting. Dan terbesar kedua adalah pengguna media sosial.
Tingkat kerawanan terpapar informasi hoaks ini juga disebabkan lemahnya budaya literasi dari masyarakat pengguna internet.
"Penetrasi internet yang tinggi tidak diimbangi dengan kemampuan bersikap kritis terhadap informasi yang beredar," ujar Afwan menyampaikan materi dihadapan mahasiswa.
Sedangkan hasil dari penelitan UNESCO tahun 2012 minat baca sebagai upaya literasi di Indoensia masih sangat rendah. Yakni hanya 0,001 persen dari total jumlah penduduk di indoensia.
Kemudian tahun 2014 penelitian UNESCO juga menyebutkan anak-anak di Indoensia hanya membaca 27 halaman buku dalam satu tahun.
"Ini tujuan kegiatan kita, mengenal jenis Dis-Misinformasi, memahami cara menyikapinya dan melakukan verifikasi sendiri," ujarnya.
Ketua AJI Kota Jambi Ramon EPU, mengatakan selama ini persoalan hoaks menjadi masalah sebagai pengguna media sosial yang menimbulkan keresahan.
"Tanpa kita sadari bahwa mugkin kita bagian dari penyebar hoaks, sehingga dalam kegiatan ini akan di sampaikan yang mana disinformasi atau misinformasi," katanya.
Ia berharap agar pengguna internet di Jambi bisa lebih cerdas memanfaatkan kemajuan teknologi dan tak mudah terjebak dengan informasi hoaks.
"Mudah-mudahan kedepan kita bisa tahu yang mana berita hoaks dan salah sehingga kegiatan ini bermanfaat bagi kita semua," ujar Ramon.
Sementara itu, Dekan Fakultas Dakwah UIN STS Jambi Samsu PhD menyampaikan dengan diselenggarakannya workshop di Fakultas Dakwah merupakan sebuah apresiasi tersendiri.
Ia menilai kegiatan tersebut bukan hanya ajang transfer ilmu pengetahuan dan informasi. Namun sudah menjadi hal semestinya agar mahasiswa membudayakan literasi dan verifikasi terhadap suatu informasi.
"Peran dakwah sebagai fakultas keagamaan untuk menjalankan etika komunikasi dalam Islam. Ada empat etika yang harus dijaga dalam berkomunikasi, yakni berkata dengan baik, berkata dengan mulia dan berkata dengan benar serta berkata dengan lembut," katanya.
"Dari empat etika berkomunikasi jika tidak diamalkan maka terjadilah hoaks ini," demikian dekan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2018