Warga Desa Sungai Keruh kini mulai menikmati buah manis dari jerih-payah mereka meningkatkan kualitas hidup lewat program hidup sehat dan bersih, serta pengembangan mata pencaharian alternatif lewat sektor pertanian dan pariwisata. 

Desa ini merupakan desa binaan program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dari PT Wirakarya Sakti (WKS), anak perusahaan APP Sinar Mas, di Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Tanjung Jabung Barat,  Jambi.

Menurut Kepala Desa Sungai Keruh Suwarno, proses tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan, butuh upaya dan sosialisasi yang cukup panjang. Salah satu tantangan ialah pembangunan jamban sehat untuk seluruh rumah tangga. Namun, upaya mereka membawa hasil. 

Kini seluruh penduduk Desa Sungai Keruh telah memiliki jamban di rumah mereka. Pencapaian ini bahkan berhasil membawa mereka menjadi juara dua tingkat nasional untuk Lomba Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan Tanaman Rumah Tangga tahun 2019. Selain memiliki jamban sehat, ada kriteria lain yang telah dipenuhi oleh Desa Sungai Keruh untuk menjadi juara Lomba PHBS, di antaranya anak-anak baru lahir mendapatkan ASI eksklusif, cuci tangan dengan bersih, tidak merokok, serta mengkonsumsi buah dan sayur. 

Untuk itu, Suwarno dan masyarakat Desa Sungai Keruh juga mencetuskan inisiatif-inisiatif lain untuk mendorong kesejahteraan warga desa, termasuk Pojok Merokok.

Pojok Merokok

Desa Sungai Keruh melarang warganya untuk merokok di rumah dan tempat umum. Warga hanya diperbolehkan merokok di tempat-tempat yang sudah disediakan. Pojok Merokok, mereka menyebutnya. Tak hanya melindungi warga lain agar tidak terpapar asap rokok, pojok ini juga bermanfaat mencegah kebakaran lahan yang dipicu oleh puntung rokok.

Suwarno mengatakan, perlu perjuangan untuk menjalankan program ini. Rata-rata transmigran di desa ini bermata pencaharian sebagai petani sawit, sehinggapendapatan pokok yang biasanya diterima cukup stabil. Usai panen, konsumsi rokok menjadi kebiasaan yang tak asing lagi bagi mereka.

“Justru di sini tantangannya,” ujar Suwarno. Pengurus desa terus-menerus menyosialisasikan program ini melalui acara kendurian, pengajian, dan pertemuan rutin lainnya. “Saya sendiri menjadi contoh. Mau tak mau harus berpisah dengan rokok,” tambahnya. Selain itu, ada pula penerapan larangan merokok di kantor-kantor perangkat desa. “Kami ingin semua warga sadar dan bisa mengurangi kebiasaan merokok di sembarang tempat yang bisa merugikan orang lain,” tambah Suwarno.

Pengembangan Ekonomi Warga Melalui Pertanian dan Agrowisata

Dari 186 kepala keluarga yang ada di Desa Sungai Keruh, rata-rata merupakan petani sawit. Di selang waktu panen, banyak waktu luang yang dimiliki masyarakat. Suwarno tidak ingin warganya berpangku tangan saja menunggu panen.

Oleh karena itu, ia dan pengurus desa mengajak warga untuk bercocok tanam di halaman rumah masing-masing. Tanamannya beragam, mulai dari cabai, terong, tomat, dan aneka sayuran lainnya. Hasilnya tidak hanya untuk konsumsi keluarga tetapi juga untuk dijual.

Selain itu, ada  beberapa warga menanam melon, jenis tanaman yang butuh perhatian tinggi, tetapi ternyata hasilnya menggembirakan. Panen yang berlimpah membuat warga senang. “Biasanya para pembeli suka selfie-selfie di kebun melon sebelum membeli. Saya melihat ini sebagai peluang,” terang Suwarno.

Tepat setahun lalu, ia mengajak masyarakat untuk menanam lebih banyak melon. Ia bahkan mengalokasikan tanah desa seluas 0,3 hektare sebagai proyek percobaan. Hasilnya, pada panen pertama lahan tersebut mampu menghasilkan sebanyak tiga ton dengan harga jual sebesar Rp45.000.000.

Salah satu petani melon, Riyanto (34), kerap mengajak anak muda untuk menanam melon di lahan tersebut. Ia dan kelompoknya bekerja keras untuk meningkatkan produksi melon dengan metode pertanian organik. 

Hasilnya, mereka berhasil memanen sebanyak delapan ton melon pada panen keempat yang berlangsung hari ini (23/09). Hasil penjualan diperkirakan mencapai Rp120.000.000, atau naik sekitar 167% dibandingkan hasil panen pertama mereka.

“Setiap panen, hasilnya semakin bagus dan buahnya dinikmati oleh masyarakat sekitar. Ibarat promo, sekarang kita kasih secara cuma-cuma, lama-lama mereka pasti akan membeli juga karena tahu kualitasnya,” tambah Riyanto.

Kini Riyanto tidak perlu lagi susah-susah mencari pembeli untuk hasil kebunnya. Pedagang-pedagang dari pasar juga datang ke kebun Sungai Keruh untuk mengambil sendiri melon-melon untuk dijual kembali. 

Tetangga-tetangga Riyanto juga mulai mengikuti jejaknya. Dari sebelumnya hanya ditanami 1.600 batang, kini sudah ada 3.600 batang pohon melon yang ditanam di lahan tersebut.

Selain pertanian, beberapa warga juga mengembangkan budidaya lele bioflok.

Wisata Air

Untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik, pengurus desa ingin warganya makmur, jasmaninya sehat, dan kehidupannya seimbang. Oleh karena itu mereka juga mengembangkan wisata air bernama Wahana Tirta Sari di desa tersebut untuk rekreasional.

Tempat wisata ini selalu ramai oleh masyarakat, khususnya pada hari Minggu. Terdapat beberapa wahana seperti perahu bebek, jungkat-jungkit, perosotan, dan gazebo, dilengkapi dengan warung-warung makanan. Sehingga warga bisa menghabiskan waktunya dengan keluarga dan melepaskan penat.

“Dulu untuk berwisata, warga perlu menempuh jalan jauh ke arah Jambi. Kini, mereka bisa menikmati Wahana Tirta Sari ini untuk melepas penat. Saat dibuka pada Idul Adha kemarin, Wahana Tirta Sari ini bagaikan hadiah untuk warga,” kata Suwarno. “Sekarang masih gratis untuk masyarakat. Nanti kalau fasilitasnya lebih lengkap, baru kita tarik dana untuk membantu biaya operasional.”

Suwarno menambahkan, perkembangan desanya tidak lepas dari program DMPA dari PT WKS yang membantu merancang program dan memberikan pendampingan guna memaksimalkan potensi desa dan masyarakatnya. Program DMPA juga menjadi program kerja sama antara desa dan perusahaan untuk mencegah adanya kebakaran hutan, sebagaimana digalakkan oleh Presiden RI Joko Widodo.

“Kami sangat berterima kasih kepada PT WKS yang telah membantu kami meningkatkan kualitas hidup warga. Bantuan yang diberikan, terutama dalam halsarana dan prasarana pertanian, ternak, dan pariwisata, membantu pengembangan mata pencaharian alternatif untuk warga dan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Masyarakat jadi tidak perlu terus-menerus membuka lahan baru, apalagi dengan cara membakar. Dengan begitu potensi kebakaran hutan pun dapat ditekan,” lanjut Suwarno.  (Rilis APP)

 

Pewarta: Syarif

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019