Angin kencang yang melanda perairan Teluk Lampung, Provinsi Lampung, tidak menghambat nelayan untuk tetap melaut.

"Saya tetap melaut selama angin tidak membahayakan saya beserta awak kapal lainnya, dan sore ini saya akan kembali berlayar," ujar Fuad salah seorang nelayan di Pusat Pelelangan Ikan (PPI) Lempasing, di Bandarlampung, Senin.

Menurutnya, gelombang air laut serta angin kencang telah terjadi sejak dua minggu, tidak membuat para nelayan patah arang untuk melaut.

"Kami tetap melaut karena permintaan pasokan ikan dari pedagang dan masyarakat tinggi, meski tangkapan yang diperoleh tidak sebanyak saat cuaca bagus, sebagai contohnya ketika cuaca baik kami mendapatkan sekitar 12 keranjang ikan dan saat ini kami hanya mendapat 5 hingga 6 keranjang ikan," ujarnya.

Menurutnya, selain hasil tangkapan yang menurun, jenis ikan tangkapan pun terbatas.

"Kalau gelombang tinggi dan berangin hanya ada beberapa jenis ikan yang dapat ditangkap, seperti ikan layang. Tapi kami tetap bersyukur meski tidak melimpah tetap ada tangkapan yang dapat di jual," ujarnya.

Menurutnya, dalam sekali berlayar menangkap ikan, dirinya hanya mampu mendapatkan uang sebanyak Rp3 juta dari hasil menjual tangkapan di tengah musim berangin dan gelombang tinggi.

Hal senada juga dikatakan oleh Daud salah seorang nelayan yang menyatakan, dirinya juga akan tetap melaut, meskipun angin kencang dan gelombang tinggi.

"Saya juga akan tetap melaut sore ini untuk menafkahi keluarga meski angin kencang dan gelombang sedang tinggi," ujar Daud.

Menurutnya, meskipun hasil tangkapan hanya sedikit dan terkadang pulang tidak membawa tangkapan, dirinya tetap melaut.

"Terkadang uang modal yang dikeluarkan untuk berlayar, seperti untuk membeli solar, memperbaiki kapal, membeli persediaan makan, lebih besar dari pada hasil tangkapan,dan nelayan Teluk Lampung rata-rata akan tetap berusaha berlayar untuk memenuhi kebutuhan pasar meskipun terkadang merugi," ujar Daud.

 

Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019