Kopi dan pariwisata adalah dua kata yang berbeda makna. Namun bisa saling mendukung satu sama lain jika disatukan dan menciptakan efek berganda. Apa kolerasi kopi dan pariwisata?. Berikut penelusuran Antara di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Selasa (19/11), pewarta Antara berkesempatan mengunjungi salah satu koperasi kopi di Desa Jernih Jaya, Kecamatan Gunung Tujuh, Kabupaten Kerinci. Kunjungan itu merupakan salah satu rangkaian kegiatan Media Gathering Forum Wartawan Ekonomi Bisnis (Forweb) Jambi di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungaipenuh yang difasilitasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jambi. Pewarta Antara satu diantara puluhan peserta yang ikut hadir.

Satu titik yang menjadi lokus dalam Media Gathering Forweb Jambi yang diikuti puluhan jurnalis dari berbagai media itu adalah koperasi pengembang kopi arabika. Tentu Kopi Arabika Kerinci namanya, sesuai dengan tempat kopi tersebut tumbuh seperti halnya nama kopi-kopi lain di wilayah Indonesia. Khusus di Jambi ada dua jenis kopi lagi yakni Robusta dan Liberika.

Koperasi kopi itu bernama lengkap Koperasi Koerintji Barokah Bersama. Menyandang status koperasi sejak awal tahun 2017 berkat kerja sama antara petani, pemerintah daerah dan NGO Rikolto asal Belgia sebagai pendamping. Sebelumnya mereka bernama Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) sejak 2015.

Koperasi Koerintji Barokah Bersama beranggotakan 270 orang dengan delapan kelompok tani dan mengelola lahan kopi seluas 140 hektare yang berada di tiga kecamatan yakni Kecamatan Gunung Tujuh, Kayu Aro dan Kayu Aro Barat.

Jumlah petani itu adalah data terakhir hingga 2019. Sebelumnya di 2018 hanya berjumlah 110 orang. Namun seiring meningkatnya permintaan kopi dari luar, petani di koperasi itu ikut bertambah. Diketahui penikmat kopi saat ini bukan hanya di kalangan orangtua saja. Tren kopi itu sudah merambah semua tingkatan dan menyeruput kopi menjadi salah satu cara pergaulan.

Kopi Arabika Kerinci hanya tumbuh di wilayah Kabupaten Kerinci yang merupakan daerah dataran tinggi dengan ketinggian 1.400-1.700 meter dari permukaan laut (MDPL). Kopi Arabika Kerinci telah mendapat pengakuan sebagai kopi dengan rasa terbaik di Indonesia. Arabika Kerinci memiliki rasa keasaman yang nikmat dan ada juga rasa rempah dan buah-buahan sehingga disebut punya karakter yang menarik.

Dimana pada tahun 2017, Koperasi Koerintji Barokah Bersama berhasil meraih juara satu dalam kontes Kopi Spesialti Indonesia di Jakarta. Kemudian tahun 2018 juara dua dalam kontes Kopi Spesialti Indonesia dan diundang KBRI untuk hadir dalam pameran produk di Hanoi, Vietnam dan menerima Bronze Gourmet dalam Pameran SIAL di Paris. Petani Kopi yang tergabung dalam Koperasi Koerintji Barokah Bersama itu konsisten menjaga kualitas dari pascapanen hingga siap seduh. Sehingga rasa yang unik itu tetap terjaga.

Hebatnya lagi, Koperasi Koerintji Barokah Bersama sudah mengantongi izin Eksportir Terdaftar Kopi (ETK). Bahkan sudah ekspor ke Belgia. Perdana mereka ekspor sebanyak 15,6 ton grean bean pada Oktober 2019. Namun ekspor masih melalui Pelabuhan Belawan, Medan karena pelabuhan di Jambi belum dikatakan memenuhi syarat untuk memperlakukan kopi tersebut sebelum pengiriman.

Salah satunya belum tersedianya gudang khusus kopi di pelabuhan Jambi. Hal itu perlu, mengingat kopi tidak bisa dicampur atau berdekatan dalam satu tempat dengan komoditas atau barang lain karena dapat mempengaruhi khas dari rasa kopi tersebut yang sudah dikenal dunia yang ditandai dengan sertifikat Indikasi Geografis (IG). Dimana Kopi Arabika Kerinci unik berdasarkan wilayahnya, rasa juga menjadi pembeda Kopi Arabika Kerinci dengan kopi lainnya di Indonesia.

Koperasi Koerintji Barokah Bersama merupakan salah satu binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi sejak tahun 2018 lalu. Baru dua tahun memang, tapi dampaknya menguntungkan koperasi mulai dari kemudahan proses, kemudahan pascapanen serta kemudahan membangun manajemen yang terstruktur hingga mampu untuk ekspor. Koperasi Koerintji Barokah juga merupakan klaster komoditas unggulan Bank Indonesia Perwakilan Jambi.
 
Dua pekerja tengah menjemur buah kopi yang baru dipetik di rumah pengering kopi (dome) yang merupakan bantuan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jambi, Selasa (19/11). (Foto ANTARA/Dodi Saputra)

Dalam upaya pengembangan Kopi Arabika Kerinci, beberapa pihak banyak yang terlibat. Sinergitas itu perlu dilakukan dalam upaya mengangkat Kopi Arabika Kerinci di tingkat nasional hingga internasional. Seperti Dinas Perkebunan Provinsi Jambi bersama pemerintah kabupaten Kerinci dalam hal teknis. Yakni memusatkan bantuan aspek teknis pra panen dan perawatan tanaman hingga siap panen.

Sedangkan Bank Indonesia Perwakilan Jambi mengarahkan pengembangan kepada aspek pascaproduksi seperti peningkatan produksi, kualitas produk dan diversifikasi produk yang dijual. Itu sesuai dengan salah satu program Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi yakni peningkatan ekonomi, kata Asisten Manager Fungsi Koordinasi dan Komunikasi Kebijakan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jambi, Didit Wahyu Pradipto.

Didit menjelaskan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jambi memberikan dukungan sejak 22 Maret 2018 dengan penggalangan komitmen kepada 22 anggota Koperasi Koerintji Barokah Bersama. Hingga Oktober 2018, Bank Indonesia telah memberikan bantuan yakni kegiatan pelatihan Q-grader, fasilitasi promosi ke dalam dan luar negeri.

Kemudian kata Didit, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jambi juga memberikan bantuan sembilan unit fasilitas rumah pengering kopi (dome), satu unit mesin penggiling basah (wethuller) dan satu unit gudang kopi yang tengah dibangun. Dalam hal diversifikasi produk, Bank Indonesia mendorong pengembangan produk berupa bubuk kopi siap jual. Selanjutnya Bank Indonesia akan mendorong pengembangan produk kompos dari limbah kulit kopi.

Bank Indonesia lanjut Didit, memberikan dukungan bukan dengan uang tunai tapi berbentuk material. Kemudian masa pembinaan oleh Bank Indonesia hanya selama dua tahun ditambah perpanjangan satu tahun jika koperasi atau kelompok tani tersebut masih membutuhkan dukungan. Jika sebelum dua tahun kelompok yang dibantu menunjukkan perkembangan yang signifikan atau mandiri, maka akan dilepas dan Bank Indonesia melanjutkan ke program sosial lainnya. Dukungan untuk Koperasi Koerintji Barokah Bersama itu merupakan bidang peningkatan perekonomian.

Sementara NGO Rikolto memberikan dukungan penatalaksanaan hulu hingga hilir produksi kopi agar sesuai dengan prinsip kelestarian lingkungan yang berkelanjutan. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain peningkatan produktivitas dengan membuat kebun contoh berwawasan budidaya berkelanjutan, usaha bisnis coffe shop dan roastery serta pemberdayaan petani muda agar menerapkan prinsip pelestarian lingkungan hingga mendorong digitalisasi dan inklusi bisnis.

Ketua Koperasi Koerintji Barokah Bersama, Tri Yono menyebut Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jambi fleksibel dalam urusan menyalurkan program sosialnya. Dimana yang disalurkan adalah yang betul-betul dibutuhkan petani. Seperti rumah pengeringan kopi atau 'dome' dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) anggota koperasi baik untuk pengelolaan keuangan atau pun peningkatan produksi dengan studi banding.

Total ada sembilan unit rumah pengering kopi yang diterima Koperasi Koerintji Barokah Bersama. Dimana Bank Indonesia menyiapkan fisik sementara desain bangunan dirancang oleh anggota koperasi karena mereka ingin menyesuaikan bentuk sesuai dengan cara kerja mereka. Kemudian yang sedang dibangun adalah gudang kopi yang fisiknya sudah mencapai sekitar 50 persen dan satu unit mesin penggiling basah.

Bantuan Bank Indonesia menurut Tri Yono berpengaruh besar terhadap kemajuan Koperasi Koerintji Barokah Bersama, dimana dengan adanya rumah pengering kopi itu mereka mampu menghasilkan kopi baik dalam bentuk 'grean bean' dan natural sekitar 6-7 ton per bulan.

Sebelumnya mereka hanya punya satu rumah pengering kopi dan dibantu menjemur kopi di luar ruangan hanya menggunakan terpal. Tentu kondisi itu tidak memungkinkan untuk memproduksi kopi dengan jumlah banyak. Mereka hanya mampu produksi chery (buah kopi berwarna merah) hanya 1,5-2 ton per bulan. Namun saat ini semua proses hingga packaging sudah bisa dilakukan. Hanya saja ekspor yang belum bisa dilakukan dari daerah sendiri karena alasan fasilitas pelabuhan yang belum memadai. Ekspor dari wilayah sendiri kata Tri Yono tentu akan menghemat biaya pengiriman.
 
Salah satu anggota Koperasi Koerintji Barokah Bersama, Selasa (19/11) berada di tengah kebun kopi dengan latar belakang Gunung Kerinci. (Foto ANTARA/Dodi Saputra)

Koperasi Koerintji Barokah Bersama selain ekspor ke Belgia, juga ada permintaan buyer dari Amerika, Australia dan California. Untuk dalam negeri pengiriman juga atas permintaan buyer dari Jakarta, Surabaya, Bali dan Jogjakarta.

Ada beberapa jenis kopi dan bermacam rasa yang dihasilkan melalui berbagai proses perlakuan terhadap kopi oleh Koperasi Koerintji Barokah Bersama. Seperti Arabika spesialti, natural, honey, blue honey, wethull dan full wash. Spesialti dan natural paling banyak diminati pecinta kopi. Untuk ekspor blue honey disukai di Belgia dan full wash disukai di Australia.

Sedangkan harga untuk ekspor katanya sudah ditentukan sebelum barang di kirim. Dimana pihaknya terlebih dahulu mengirim sample. Jika pemesan merasa cocok, kemudian harga ditentukan dan barang dikirim. Tri Yono menyebut belum terjadi penolakan atau komplin rasa dari pemesan setelah sample dikirim. Untuk harga termurah atau kopi giling basah yakni Rp82.500 per kilogram. Sedangkan tertinggi atau spesialti seharga Rp120 ribu per kilogram.

Untuk penguatan kopi di tingkat lokal khususnya Jambi, Koperasi Koerintji Barokah Bersama juga tidak sembarangan menyuplai grean bean. Mereka terlebih dahulu melakukan survei ke buyer yang akan menjual kopi bentuk seduh. Jika perlakuan terhadap Arabika Kerinci tidak melalui proses yang baik, mereka tidak akan menyuplai. Karena mereka tetap menjaga nama baik Arabika Kerinci sebagai kopi terbaik di Indonesia. Saat ini baru tiga cafe di Jambi yang mendapat suplai Kopi Arabika Kerinci dari Koperasi Koerintji Barokah Bersama.

Lalu, apa saja yang mendukung Kopi Arabika Kerinci bisa mendunia?. Salah satunya adalah pariwisata. Kabupaten Kerinci terkenal dengan sebutan "surga kecil" di bumi. Jargon-nya "Sekepal Tanah Surga". Di sebut itu karena Kerinci memiliki alam nan indah dan tanah yang subur di daerah vulkanik di jajaran Bukit Barisan Sumatera. Apapun yang ditanam diyakini tumbuh dengan baik.

Kerinci juga memiliki destinasi wisata (kecuali laut) yang membuat detak kagum. Wisata alam yang paling populer adalah Gunung Kerinci. Gunung tertinggi di Sumatera dan gunung api tertinggi di Indonesia itu memiliki ketinggian 3.805 diatas permukaan laut (MDPL). Kemudian ada Danau Gunung Tujuh. Danau yang dikelilingi tujuh gunung itu merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Selain itu ada air terjun Telun Berasap, air terjun dengan ketinggian puluhan meter itu kerap memancarkan pelangi serta hempasan air mampu menghasilkan embun seperti kawah yang sedang mengeluarkan asap.

Kemudian ada Rawa Bento, disebut juga amazon-nya Kerinci. Rawa dengan air berasal dari pengunungan dan keluar dari tumpukan rerumputan (bento) itu juga menjadi objek wisata adventure yang menantang. Pengunjung bisa menikmati aliran rawa hingga ke kaki-kaki bukit dan gunung-gunung kecil dengan pemandangan langsung Gunung Tujuh dan Gunung Kerinci dengan menyusuri rawa menggunakan perahu bermesin dengan biaya Rp400 ribu per perahu.

Ada juga Bukit Khayangan, dimana ketika berdiri di puncak tertinggi bukit maka akan terlihat pemandangan bukit-bukit nan indah, kota Sungaipenuh dan Danau Kerinci. Berdiri di Bukit Khayangan serasa berada di atas awan.

Selain itu, Kerinci juga memiliki perkebunan teh terluas kedua di dunia. Pertama adalah Perkebunan Teh Darjeling di pegunungan Himalaya. Namun jika bicara hamparan, Perkebunan Teh Kayu Aro Kerinci menjadi hamparan perkebunan teh terluas di dunia. Sebab perkebunan teh di pegunungan Himalaya tidak dalam satu hamparan.

Tidak hanya itu Kerinci juga memiliki banyak danau. Selain Danau Gunung Tujuh ada Danau Kerinci, bahkan dalam satu desa di Kabupaten Kerinci ada yang memiliki lima danau. Desa Wisata Lempur namanya. Warga sekitar menyebutnya Desa Lekuk 50 Tumbi Lempur. Lima danau di Desa Wisata Lempur itu Yakni Danau Kaco, Lingkat, Nyalo, Duo dan Danau Kecik. Semuanya memiliki habitat ikan yang berbeda-beda serta warna air yang berbeda pula. Desa Wisata itu banyak menyimpan pesona alam, keberagaman adat dan budayanya yang terus dilestarikan. Sebagian desa ini disangga kawasan hutan lindung Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Banyak wisatawan mancanegara yang ekspedisi ke desa wisata tersebut.

Destinasi wisata alam di atas adalah dari sekian banyak objek wisata di Kabupaten Kerinci yang dikunjungi wisatawan baik wisatawan nusantara maupun mancanegara. Potensi wisata yang luar biasa itu menjadi magnet sehingga Kabupaten Kerinci ditetapkan sebagai 'branding' Pariwisata-nya Jambi sejak tahun 2016 lalu.
 
Beberapa orang pengunjung berswafoto di dermaga objek wisata Rawa Bento. Objek wisata susur rawa ini menjadi salah satu yang diminati wisatawan. (Foto ANTARA/Dodi Saputra)

Kembali ke kopi--pelaku usaha kopi di Kerinci umumnya memanfaatkan kunjungan wisatawan untuk mempopulerkan kopi mereka. Koperasi Koerintji Barokah Bersama misalnya, dalam upaya menduniakan Arabika Kerinci, mereka menggandeng guide agar perkebunan dan usaha mereka juga menjadi salah satu destinasi wisata agro selain wisata alam. Tujuannya mempopulerkan Arabika serta berharap ada dampak penjualan.

Ketua Koperasi Koerintji Barokah, Tri Yono mengaku terbantu dengan banyaknya objek wisata di Kabupaten Kerinci. Sebab katanya sangat berdampak pada usaha perkebunan kopi mereka. "Nah di sini cela kita menduniakan kopi, dengan objek wisata," kata Tri Yono.

Tri Yono mengatakan banyak objek wisata andalan di Kerinci seperti Gunung Kerinci dan Rawa Bento. Katanya wisatawan nusantara dan mancanegara kerap minum kopi di kedai koperasi-nya setelah turun dari gunung atau pun selesai menelusuri Rawa Bento. Kesempatan itu tidak ia sia-siakan untuk memperkenalkan Arabika Kerinci.

"Kita kerja sama dengan travel guide, kita arahkan juga supaya mereka ke tempat kita melihat kebun dan proses hingga seduh kopi. Kita tetap welcome untuk tamu yang datang. Ini upaya kita terus menduniakan Kopi Arabika Kerinci. Tamunya ada dari Malaysia, Singapura dan lainnya," ujar Tri Yono.

Ia juga berharap kunjungan wisatawan ke Kerinci setiap tahun mengalami peningkatan. Sebab itu sangat berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat dan tentunya Arabika Kerinci makin terkenal.

Selain itu, lanjut Tri Yono, Koperasi Koerintji Barokah Bersama dan pengusaha kopi lainnya Oktober 2019 lalu juga menggelar Festival 1.000 Kopi Kerinci di Kayu Aro, Kerinci, selama empat hari sebagai upaya memperkenalkan kopi ke masyarakat luas. Penyelenggaraan itu didukung Bank Indonesia Provinsi Jambi, Pemprov Jambi serta Pemkab Kerinci.

Jadi--dalam upaya menduniakan kopi dan pariwisata Kerinci, peran semua pihak terutama pemerintah dan pelaku wisata memang harus ditingkatkan. Potensi yang ada di wilayah barat Jambi itu banyak tidak dimiliki daerah lain. Sebab itu potensi wisata dan kopi Kerinci perlu menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Pariwisata Kerinci yang mendunia diharapkan juga mampu menduniakan Kopi Arabika Kerinci.

Angkat Perekonomian Warga

Potensi kopi dan Pariwisata Kerinci tentu berdampak baik bagi perekonomian masyarakat setempat dan pelaku usaha. Di Koperasi Koerintji Barokah Bersama banyak emak-emak yang bekerja sebagai pemetik kopi atau menyortir biji kopi.

"Kalau tidak memanen kopi berarti menyortir biji kopi yang sudah dijemur. Lumayan kami bisa menambah penghasilan keluarga," kata Yenti (39), salah satu pekerja di koperasi tersebut.

Ia menyebut dalam satu minggu mampu menghasilkan upah dari memetik dan menyortir biji kopi sebesar Rp500-700 ribu. Jumlah itu ia terima per tujuh hari.

Senada dikatakan Suryanti (45), ibu tiga anak ini juga mengaku terbantu bisa bekerja di perkebunan kopi di Koperasi Koerintji Barokah Bersama. "Sangat terbantu dan kami menjadikan ini pekerjaan utama. Kalau libur, hari minggu, kami bantu suami di kebun," ujarnya.

Pekerjaannya kata Suryanti juga tidak terlalu berat. Hanya memetik dan menyortir. Sedangkan pekerjaan berat dikerjakan pekerja laki-laki seperti packaging. Jam kerja katanya mulai pukul 08.00 hingga pukul 15.00 WIB.

Di sini, potensi pariwisata dan potensi kopi di Kabupaten Kerinci nyata telah mengangkat nama Provinsi Jambi khususnya Kerinci hingga ke mancanegara. Warga Kerinci juga mendapat berkah dari dua potensi tersebut. Tidak salah jika semua pihak terus berpacu dengan berbagai program untuk mengembangkan potensi tersebut.(*)



 

Pewarta: Dodi Saputra

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2019