Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir rotasi dan pergantian pejabat di daerah akan mempengaruhi upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sejumlah provinsi.
Presiden mengatakan bahwa sejak 2016 pertemuan sudah rutin dilakukan untuk menyampaikan pengarahan mengenai peningkatan upaya pengendalian karhutla.
"Sebetulnya pertemuan ini sudah berulang-ulang setiap tahunnya. Mulai sejak 2016, 2017, 2018, terus 2019 dan sekarang 2020," kata Presiden.
"Ini pekerjaan rutin yang kita hadapi dari tahun ke tahun dan setiap akan kemarau," ia menambahkan.
Presiden mengatakan bahwa dia akan memantau kinerja aparat pemerintah, termasuk TNI dan Polri, dalam menanggulangi karhutla.
"Hati-hati pangdam, kapolda, danrem, dandim, hati-hati kapolresnya. Tegas saya sampaikan, pasti saya telepon, ke Panglima, ke Kapolri kalau ada kebakaran di wilayah kecil agak membesar, saya tanya dandimnya sudah dicopot belum," katanya.
Presiden mengatakan bahwa apa yang dia sampaikan bukan sekadar ancaman, melainkan aturan main yang diterapkan sejak 2016.
Ia juga menceritakan keterkejutannya saat menghadapi karhutla besar tahun 2015, ketika baru beberapa bulan menjabat sebagai presiden.
"Sebagai presiden yang baru saja berapa bulan, tahu-tahu dapat peristiwa itu sehingga kesiapan kita saat itu masih baru melihat lapangannya. Saat itu 2,5 juta hektare lahan kita terbakar, baik lahan gambut dan hutan. Begitu 2016 kita berkumpul, baru 2017 turun ini terkecil menjadi 150.000 hektare yang terbakar dari sebelumnya 2,5 juta hektare," demikian Presiden Jokowi.
Baca juga:
Presiden minta seluruh pihak antisipasi karhutla
Bupati-wali kota se-Riau diminta siaga hadapi potensi karhutla
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020