Gubernur Riau Syamsuar menjelaskan rahasia di balik tingkat kesembuhan pasien COVID-19 di wilayahnya yang merupakan tertinggi di Indonesia dengan persentase 89,17 persen.
"Sebenarnya Riau sudah duluan antisipasi sejak akhir Januari 2020 ketika ada tiga pasien positif corona di Depok, Jawa Barat. Kalau tidak ada persiapan dari awal maka dampaknya akan besar," kata Syamsuar saat menerima audiensi pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) wilayah Riau di Pekanbaru, Jumat.
Langkah selanjutnya, sebut Syamsuar, adalah dia mengumpulkan seluruh Kepala Dinas Kesehatan, petinggi rumah sakit baik negeri atau swasta, dan pihak TNI/Polri untuk melakukan antisipasi agar virus asal China tersebut tidak mewabah. "Tentu saja sebelumnya kita berkoordinasi dengan ahli medis terkait hal ini," kata mantan Bupati Siak ini.
Dari pertemuan itu, ditetapkan tiga rumah sakit rujukan di Provinsi Riau untuk mengantisipasi adanya pasien COVID-19 yakni di Kota Dumai, Kota Pekanbaru dan Kabupaten Indragiri Hilir. Ketiga daerah itu merupakan pintu masuk warga Indonesia ke Malaysia, ataupun sebaliknya. Saat itu Malaysia merupakan negara berzona merah penyebaran COVID-19.
"Memang awalnya ada banyak rumah sakit yang mengelak untuk dijadikan rumah sakit rujukan dengan alasan keterbatasan fasilitas ataupun kapasitas," kata Syamsuar.
Pada awal-awal mewabahnya COVID-19 di Riau yakni pada bulan Maret, terdapat sekitar 76 ribu orang dalam pengawasan (ODP) yang baru bepergian dari luar negeri, Jakarta atau daerah lainnya.
Oleh pemerintah setempat, para ODP tersebut diwajibkan menjalani pemeriksaan dini, kalaupun ada yang sudah menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) maka mereka wajib dirawat di rumah sakit. "Sehat tidak sehat wajib di-RS-kan," kata Syamsuar.
Dari PDP COVID-19 tersebut kemudian petugas medis melakukan penelusuran (tracing) sehingga didapat data orang yang akan mendapatkan penanganan medis dan memutus penyebaran COVID-19.
Syamsuar mengakui pada awalnya ada warga yang menolak untuk didata atau ditangani medis karena dicurigai mengidap COVID-19 karena mereka merasa tidak ada gejala. "Olehnya, kita libatkan TNI/Polri untuk mengatasinya," katanya.
Bahkan, ada seorang PDP yang sempat kabur dari rumah sakit karena merasa dirinya sehat. Sejak saat itu, rumah sakit selalu dijaga petugas keamanan agar kejadian serupa tidak berulang.
Hal selanjutnya yang menjadi kesuksesan tingkat kesembuhan pasien adalah adanya laboratorium baru untuk proses Swab PCR yang ada di Kota Pekanbaru. Hal itu sangat membantu untuk proses kecepatan hasil pemeriksaan.
Selain itu, tuturnya, begitu Malaysia menerapkan lockdown, Pemerintah Riau segera menutup Bandara dan pelabuhan laut, disusul kemudian terminal bus di beberapa daerah untuk menutup akses keluar masuk orang.
"Tak lupa, selain bersyukur kepada Allah, saya juga sangat apresiasi tim medis yang sangat luar biasa kerjanya," kata Syamsuar seraya meminta warga tetap disiplin menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan.
Hingga saat ini terdapat total positif 120 kasus COVID-19 di Riau, dengan rincian tujuh pasien masih dirawat, 107 sehat dan sudah dipulangkan, dan enam meninggal dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
"Sebenarnya Riau sudah duluan antisipasi sejak akhir Januari 2020 ketika ada tiga pasien positif corona di Depok, Jawa Barat. Kalau tidak ada persiapan dari awal maka dampaknya akan besar," kata Syamsuar saat menerima audiensi pengurus Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) wilayah Riau di Pekanbaru, Jumat.
Langkah selanjutnya, sebut Syamsuar, adalah dia mengumpulkan seluruh Kepala Dinas Kesehatan, petinggi rumah sakit baik negeri atau swasta, dan pihak TNI/Polri untuk melakukan antisipasi agar virus asal China tersebut tidak mewabah. "Tentu saja sebelumnya kita berkoordinasi dengan ahli medis terkait hal ini," kata mantan Bupati Siak ini.
Dari pertemuan itu, ditetapkan tiga rumah sakit rujukan di Provinsi Riau untuk mengantisipasi adanya pasien COVID-19 yakni di Kota Dumai, Kota Pekanbaru dan Kabupaten Indragiri Hilir. Ketiga daerah itu merupakan pintu masuk warga Indonesia ke Malaysia, ataupun sebaliknya. Saat itu Malaysia merupakan negara berzona merah penyebaran COVID-19.
"Memang awalnya ada banyak rumah sakit yang mengelak untuk dijadikan rumah sakit rujukan dengan alasan keterbatasan fasilitas ataupun kapasitas," kata Syamsuar.
Pada awal-awal mewabahnya COVID-19 di Riau yakni pada bulan Maret, terdapat sekitar 76 ribu orang dalam pengawasan (ODP) yang baru bepergian dari luar negeri, Jakarta atau daerah lainnya.
Oleh pemerintah setempat, para ODP tersebut diwajibkan menjalani pemeriksaan dini, kalaupun ada yang sudah menjadi pasien dalam pengawasan (PDP) maka mereka wajib dirawat di rumah sakit. "Sehat tidak sehat wajib di-RS-kan," kata Syamsuar.
Dari PDP COVID-19 tersebut kemudian petugas medis melakukan penelusuran (tracing) sehingga didapat data orang yang akan mendapatkan penanganan medis dan memutus penyebaran COVID-19.
Syamsuar mengakui pada awalnya ada warga yang menolak untuk didata atau ditangani medis karena dicurigai mengidap COVID-19 karena mereka merasa tidak ada gejala. "Olehnya, kita libatkan TNI/Polri untuk mengatasinya," katanya.
Bahkan, ada seorang PDP yang sempat kabur dari rumah sakit karena merasa dirinya sehat. Sejak saat itu, rumah sakit selalu dijaga petugas keamanan agar kejadian serupa tidak berulang.
Hal selanjutnya yang menjadi kesuksesan tingkat kesembuhan pasien adalah adanya laboratorium baru untuk proses Swab PCR yang ada di Kota Pekanbaru. Hal itu sangat membantu untuk proses kecepatan hasil pemeriksaan.
Selain itu, tuturnya, begitu Malaysia menerapkan lockdown, Pemerintah Riau segera menutup Bandara dan pelabuhan laut, disusul kemudian terminal bus di beberapa daerah untuk menutup akses keluar masuk orang.
"Tak lupa, selain bersyukur kepada Allah, saya juga sangat apresiasi tim medis yang sangat luar biasa kerjanya," kata Syamsuar seraya meminta warga tetap disiplin menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan.
Hingga saat ini terdapat total positif 120 kasus COVID-19 di Riau, dengan rincian tujuh pasien masih dirawat, 107 sehat dan sudah dipulangkan, dan enam meninggal dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020