Harga minyak naik sekitar dua persen setelah jatuh sehari sebelumnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didukung oleh tanda-tanda peningkatan marjinal dalam ekonomi AS dan kenaikan permintaan BBM, tetapi kenaikan harga dibatasi oleh meningkatnya kasus COVID-19 di beberapa negara bagian AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 74 sen atau 1,8 persen menjadi ditutup pada 41,05 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 71 sen atau 1,9 persen menjadi menetap pada 38,72 dolar AS per barel.

Lalu lintas jalan raya di beberapa kota besar dunia pada Juni telah kembali ke tingkat 2019, data yang diberikan kepada Reuters oleh perusahaan teknologi lokasi TomTom menunjukkan.

Harga minyak turun pada awal sesi, kemudian menemukan dukungan karena data menunjukkan lebih sedikit orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran pekan lalu dan pesanan barang modal utama rebound pada Mei.

Namun, penurunan klaim pengangguran yang lebih rendah dari perkiraan analis dan data lain mendukung ekspektasi bahwa PDB kuartal kedua dapat menyusut sebanyak 40 persen pada tingkat tahunan.

Untuk memulai ekonomi dunia yang dihancurkan oleh virus corona, bank-bank sentral telah mengeluarkan triliunan dolar dalam bentuk stimulus.

"Bagian dari rebound di sini adalah gagasan bahwa semua langkah-langkah stimulus yang dipompa bank sentral dan pemerintah dunia ke dalam perekonomian akan memiliki dampak positif pada aktivitas ekonomi dan bahwa itu akan mendukung permintaan," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

"Satu-satunya penghalang adalah jika jumlah kasus COVID-19 meningkat dan kita harus memberlakukan kembali pernguncian."

Infeksi baru telah meningkat di negara-negara bagian AS termasuk Oklahoma, Texas dan Florida. Australia juga mencatat kenaikan harian terbesar dalam dua bulan.

Meskipun ada peningkatan regional baru-baru ini dalam infeksi AS, “lalu lintas kendaraan terus membaik, penerbangan internasional kembali menguat, karyawan kembali bekerja dan aktivitas discretionary meningkat,” kata Michael Tran, direktur pelaksana strategi energi di RBC Capital Markets di New York .

Namun, kekhawatiran investor tentang permintaan minyak tetap bertahan sehari setelah Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan resesi global yang lebih dalam dari yang diperkirakan sebelumnya.

Pemotongan rekor pasokan minyak mentah oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu telah membuat pasar minyak jauh lebih kuat daripada pada April, ketika Brent mencapai level terendah 21-tahun di bawah 16 dolar AS per barel dan minyak mentah AS berubah negatif.

Investor menunggu untuk melihat apakah para produsen, yang dikenal sebagai OPEC+, memperpanjang rekor pemotongan produksi mereka melampaui Juli.

Baca juga: Minyak anjlok saat stok AS capai rekor baru dan kasus corona meningkat
Baca juga: Harga minyak turun setelah capai level tertinggi sejak awal Maret

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020