Masri Naldi (37) warga Lubuk Jariang, Nagari Garagahan, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat menemukan ikan langka jenis sidat warna kuning di Sungai Batang Antokan, Sabtu (29/8) sekitar pukul 20.00 WIB.
"Saya langsung kaget menemukan ikan itu dan langsung lari membawa ke warung saya tidak jauh dari lokasi," kata Masri di Lubuk Basung, Minggu.
Ia mengatakan saat itu warung sedang banyak dikunjungi warga sekitar dan warga kaget melihat ikan itu.
Sebagian warga, tambahnya, sangsi apakah ikan tersebut merupakan hasil tangkapan.
"Semua warga tidak percaya bahwa tangkapan itu ikan sidat dan saya pelihara di bak penampungan air," katanya.
Ia menambahkan rencananya ikan dengan panjang satu meter dengan warna kuning dan memiliki bercak hitam ini akan dipelihara di dalam akuarium.
Namun kalau ada orang yang akan membeli akan dijual dan harga tergantung permintaan pembeli.
Salah seorang warga Ismardi (57) mengakui belum pernah menemukan atau melihat ikan sidat tersebut.
"Sudah 57 usia saya, ini pertama kali saya lihat ikan tersebut," tegasnya.
Ia mengakui di Sungai Batang Antokan itu ada tiga jenis ikan sidat yang pernah ditemukan.
Ikan sidat itu jenis timbago dengan warga kuning dan putih, ikan sidat timah dengan warna putih kehitaman dan sidat tarok dengan memiliki sisik bagian depan.
"Ikan sidat tarok tidak pernah ditemukan lagi di Sungai Batang Antokan dan sudah punah," katanya.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai Koservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Ade Putra menambahkan ikan sidat itu jenis anguilla marmorata.
"Ikan sidat itu termasuk langka dan tidak ditemukan lagi," katanya.
Beberapa organ dan jaringan tubuh ikan disinyalir memiliki kandungan senyawa penting sebagai bahan baku obat, suplemen, maupun kosmetik.
Namun peningkatan permintaan tidak seimbang dengan populasinya. Eksploitasi yang berlebihan di berbagai kawasan di Indonesia dikhawatirkan akan memicu penurunan populasinya secara drastis.
Indonesia, lanjutnya, memiliki keragaman, distribusi dan kelimpahan ikan sidat terbesar di dunia, sehingga permintaan ekspor ke sejumlah negara sangat tinggi serta memiliki nilai jual yang mahal.
"Apalagi dengan adanya penurunan stok alamiah spesies ikan sidat di wilayah Asia Timur, membuat Jepang, Korea, Taiwan dan China serta Hongkong berlomba mendapatkan ikan tersebut dari Indonesia," tambahnya.
Dia mengingatkan tidak menutup kemungkinan dalam satu dekade mendatang ikan sidat akan mengalami penurunan populasi alamiah.
Populasi ikan sidat atlantik (A.anguila dan A.rostrata) dan ikan sidat pacific (A.japonica) masuk daftar CITES, yang berarti tidak bisa lagi dieksploitasi karena jumlahnya yang tinggal sedikit.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020
"Saya langsung kaget menemukan ikan itu dan langsung lari membawa ke warung saya tidak jauh dari lokasi," kata Masri di Lubuk Basung, Minggu.
Ia mengatakan saat itu warung sedang banyak dikunjungi warga sekitar dan warga kaget melihat ikan itu.
Sebagian warga, tambahnya, sangsi apakah ikan tersebut merupakan hasil tangkapan.
"Semua warga tidak percaya bahwa tangkapan itu ikan sidat dan saya pelihara di bak penampungan air," katanya.
Ia menambahkan rencananya ikan dengan panjang satu meter dengan warna kuning dan memiliki bercak hitam ini akan dipelihara di dalam akuarium.
Namun kalau ada orang yang akan membeli akan dijual dan harga tergantung permintaan pembeli.
Salah seorang warga Ismardi (57) mengakui belum pernah menemukan atau melihat ikan sidat tersebut.
"Sudah 57 usia saya, ini pertama kali saya lihat ikan tersebut," tegasnya.
Ia mengakui di Sungai Batang Antokan itu ada tiga jenis ikan sidat yang pernah ditemukan.
Ikan sidat itu jenis timbago dengan warga kuning dan putih, ikan sidat timah dengan warna putih kehitaman dan sidat tarok dengan memiliki sisik bagian depan.
"Ikan sidat tarok tidak pernah ditemukan lagi di Sungai Batang Antokan dan sudah punah," katanya.
Pengendali Ekosistem Hutan Balai Koservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Ade Putra menambahkan ikan sidat itu jenis anguilla marmorata.
"Ikan sidat itu termasuk langka dan tidak ditemukan lagi," katanya.
Beberapa organ dan jaringan tubuh ikan disinyalir memiliki kandungan senyawa penting sebagai bahan baku obat, suplemen, maupun kosmetik.
Namun peningkatan permintaan tidak seimbang dengan populasinya. Eksploitasi yang berlebihan di berbagai kawasan di Indonesia dikhawatirkan akan memicu penurunan populasinya secara drastis.
Indonesia, lanjutnya, memiliki keragaman, distribusi dan kelimpahan ikan sidat terbesar di dunia, sehingga permintaan ekspor ke sejumlah negara sangat tinggi serta memiliki nilai jual yang mahal.
"Apalagi dengan adanya penurunan stok alamiah spesies ikan sidat di wilayah Asia Timur, membuat Jepang, Korea, Taiwan dan China serta Hongkong berlomba mendapatkan ikan tersebut dari Indonesia," tambahnya.
Dia mengingatkan tidak menutup kemungkinan dalam satu dekade mendatang ikan sidat akan mengalami penurunan populasi alamiah.
Populasi ikan sidat atlantik (A.anguila dan A.rostrata) dan ikan sidat pacific (A.japonica) masuk daftar CITES, yang berarti tidak bisa lagi dieksploitasi karena jumlahnya yang tinggal sedikit.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2020