Alat tes diagnostik COVID-19 menjadi suatu kebutuhan dalam penanganan COVID-19 sehingga pemerintah Indonesia terus mendukung anak-anak bangsa untuk mengembangkan dan melahirkan karya inovasi tersebut.
Kesuksesan mengendalikan COVID-19 juga tergantung pada kecepatan melakukan tes COVID-19 (testing) untuk mengidentifikasi kasus-kasus positif sehingga ketika kasus terinfeksi COVID-19 ditemukan maka dapat segera diberikan intervensi kesehatan yang tepat dan cepat.
Upaya pengetesan tersebut tentunya akan mempengaruhi kecepatan dalam melakukan pelacakan (tracing) dan pengobatan (treatment) yang mana pemerintah Indonesia menekankan pada upaya 3T (testing, tracing, treatment) bersama 3M (memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, dan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir).
Oleh karena itu, berbagai inovasi untuk melakukan tes COVID-19 yang sangat spesifik, unggul serta dalam waktu singkat sangat dibutuhkan.
Dan kali ini Indonesia kembali menciptakan suatu inovasi tes diagnostik COVID-19 dengan menggunakan sampel air liur (saliva), yakni RT LAMP Saliva.
Dengan menggunakan sampel air liur, maka upaya dalam mendeteksi COVID-19 menjadi lebih mudah dan tidak memberikan rasa sakit.
Menteri Riset dan Teknologi Bambang PS Brodjonegoro dalam suatu webinar mengatakan Indonesia perlu mencari cara untuk bisa meningkatkan testing untuk 270 juta penduduk indonesia yang tersebar di berbagai pulau. RT LAMP Saliva bisa menjadi satu alternatif untuk mempercepat 'testing tersebut.
RT LAMP Saliva memiliki keunggulan yakni nyaman dan praktis digunakan, memiliki akurasi tinggi, hasil yang cepat diperoleh, dan ekonomis.
RT LAMP Saliva merupakan hasil pengembangan dalam negeri unit riset dan pengembangan PT Kalbe Farma yaitu Stem CelI and Cancer Institute (SCI) dan telah melalui uji performa analitik dan klinis di dalam negeri.
Alat itu memiliki sensitivitas 94 persen dan spesifitas 98 persen.
Dengan RT LAMP Saliva, hasil tes COVID-19 dapat diperoleh secara cepat yakni dalam kurun sekitar 1,5 jam.
Perangkat tes diagnostik itu juga akan membuat pelacakan (tracing) dan pengujian (testing) dapat menjangkau masyarakat di daerah yang minim infrastruktur laboratorium pemeriksaan COVID-19.
Baca juga: Menristek: RT LAMP Saliva tingkatkan kapasitas pengujian COVID-19
RT LAMP merupakan tes molekuler yang masuk kategori Nucleic Acid Amplification Test (NAAT) bersama RT-PCR dan TCM berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 01.07/MENKES/446/2021.
IVD Division Research Manager di Stem Cell and Cancer Institute PT Kalbe Farma Tbk, Akterono Dwi Budiyati, mengatakan dalam pengujian untuk deteksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 dengan gold standar berbasis RT-PCR, salah satu tantangannya adalah pada saat pengambilan sampel yang tidak nyaman yakni swab pada nasofaring. Selain itu, metode ini memiliki risiko penularan terhadap tenaga kesehatan saat pengambilan sampel.
Pengerjaan tes dengan RT-PCR cukup panjang dan kompleks yang membutuhkan laboratorium dan mesin khusus, serta durasi tes bisa sekitar 2-3 hari dan harga yang dibanderol untuk tes itu relatif mahal.
Sementara untuk memperluas dan mempercepat tes deteksi SARS-CoV-2, diperlukan terobosan dalam penyederhanaan proses koleksi spesimen dan alur pengerjaan tes.
Untuk penyederhanaan proses pengambilan sampel dari metode yang ada sekarang yaitu swab nasofaring yang mana metode ini bersifat invasif, tidak nyaman dan membutuhkan kit khusus serta ada risiko penularan terhadap tenaga kesehatan yang mengambil sampel serta biaya yang tidak sedikit yang dibutuhkan untuk membeli kit beserta layanan metode itu menyebabkan pilihan pengambilan sampel berbasis saliva atau air liur menjadi menarik.
Pengambilan saliva bersifat non invasif sehingga nyaman, dan secara ilmiah saliva bersifat stabil sehingga hanya memerlukan tabung steril untuk penyimpanan dan pengiriman spesimen. Kemudian, karena pengambilan spesimen air liur dilakukan mandiri dengan "membuang" ludah pada tabung steril maka risiko penularan menjadi minimal.
Baca juga: Menristek: RT Lamp Saliva gunakan air liur permudah tes COVID-19
Selain itu, di negara lain saliva juga telah menjadi pilihan sebagai sumber spesimen yang diperlukan dalam tes deteksi SARS-CoV-2, salah satunya di Amerika Serikat melalui persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan setempat.
Di samping itu terjadi penyederhanaan proses pengerjaan tes yakni deteksi virus berbasis molekuler dengan menggunakan teknologi reverse transcription loop-mediated isothermal amplification (RT LAMP).
Akterono Dwi Budiyati menambahkan, teknologi RT LAMP juga telah digunakan di berbagai belahan dunia sebagai metode deteksi pada kasus infeksi lainnya seperti virus penyebab MERS-1, malaria dan TBC.
RT LAMP Saliva juga berdampak pada harga tes yang menjadi ekonomis karena biaya yang dibutuhkan menjadi berkurang dengan tidak harus menggunakan laboratorium spesifik dan mesin khusus seperti pada RT-PCR.
Komponen reaksi RT LAMP sama dengan komponen reaksi RT-PCR yaitu memerlukan enzim DNA polimerase dan primer.
Khusus untuk RT LAMP Saliva, enzim yang digunakan adalah enzim Bacillus Stearothermophilus atau BST yang memiliki kemampuan membuka untaian double helix DNA sekaligus melakukan aktivitas polimerase pada satu suhu saja di mana pada RT-PCR membutuhkan tiga macam suhu.
Desain primer pada RT LAMP Saliva bersifat unik karena bisa membentuk amplikon yang memiliki struktur loop sehingga perbanyakannya akan menjadi eksponensial. Hal ini berimplikasi kepada sensitivitas yang setara dengan RT-PCR.
Kelebihan lain dari RT LAMP yakni deteksi dapat dilakukan berdasarkan perubahan PH di mana perubahan PH ini dapat menggunakan warna sebagai indikatornya, sehingga lebih sederhana.
Baca juga: Menteri: Tes COVID-19 dengan RT LAMP Saliva setengah harga dari RT PCR
Cara kerja RT Lamp
Alat RT Lamp Saliva tersebut dikenal dengan nama merk Elva Diagnostic SARS-CoV-2 Saliva Nucleic Acid Test Kit.
Alur kerja dari Elva terdiri dari lima tahap sederhana yang diawali dengan pengambilan sampel saliva, kemudian diikuti dengan pemrosesan dari saliva itu sendiri yang meliputi heat inaktivasi pada suhu 65 derajat Celsius selama 15 menit. Dilanjutkan dengan tahap pretreatment sampel selama 20 menit pada suhu 95 derajat Celsius, dan dengan reaksi RT LAMP pada suhu 65 derajat Celsius selama 35 menit.
Untuk interpretasi hasilnya, hanya dengan melihat perubahan warna yang terjadi di dalam tabung reaksi yaitu bila positif akan berubah dari pink menjadi kuning. Interpretasi hasil itu juga bisa dilakukan menggunakan apps yang bisa diunduh secara gratis di Playstore, yang bernama Color Grab.
Untuk performa kitnya, memiliki batas deteksi (limit of detection) sebesar 28.000 copies per mililiter, dan batas deteksi itu sangat sensitif untuk mendeteksi jumlah minimum viral copies yang dibutuhkan untuk menginfeksi sel kultur yaitu sebesar 100.000 sampai satu juta copies per mililiter.
Pada performa klinisnya, alat tes itu memiliki sensitivitas sebesar 94 persen dan spesifisitas sebesar 98 persen. Hasil itu diperoleh setelah diuji terhadap pasangan sampel air liur dan swab nasofaring dari individu terduga COVID-19 baik asimtomatik maupun simptomatik.
Air liur diuji dengan teknologi RT LAMP sementara swab nasofaring diuji dengan RT PCR untuk kemudian dibandingkan hasilnya.
Diharapkan dengan adanya alat tes diagnostik COVID-19 berbasis air liur tersebut dapat mempermudah pelaksanaan tes karena tidak meninggalkan rasa sakit serta dapat meningkatkan upaya deteksi COVID-19 di tengah masyarakat.
Dengan semakin cepatnya pengujian yang memiliki akurasi tinggi dilakukan, maka akan membuat identifikasi kasus positif COVID-19 semakin mudah dan cepat sehingga bisa dilakukan pengendalian kasus dengan lebih baik melalui pelacakan kontak dan pengobatan yang segera.
Baca juga: Kalbe tingkatkan produksi kit RT LAMP Saliva 2 juta unit per bulan
Baca juga: Kalbe: RT LAMP Saliva bisa mendeteksi varian B117 dari Inggris
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021