Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, kini sedang memitigasi konflik buaya muara yang memangsa kambing milik warga di Desa Mumpa, Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir setelah mendapatkan laporan dari masyarakat setempat.
"Setelah mendapatkan laporan itu, tim BBKSDA Riau segera berkoordinasi dengan Polsek Tempuling, selanjutnya menurunkan tim ke Desa Mumpa, dan bersama petugas dari Resort Kerumutan Selatan untuk melakukan mitigasi konflik satwa di Desa Mumpa itu," kata Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, M. Mahfud kepada wartawan di Pekanbaru, Sabtu.
MItigasi adalah segala upaya untuk mengurangi risiko ancaman, termasuk bencana.
Menurut dia tim yang turun langsung berkoordinasi dengan Kepala Desa Mumpa, Jumrani beserta perangkat desa setempat terkait kemunculan buaya muara itu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, katanya, seorang warga menjumpai adanya satwa buaya yang sedang memangsa seekor kambing di pinggir sungai. Kambing yang dimangsa buaya adalah milik Tarom, warga RT02/RW. 07.
"Jumrani sendiri menjelaskan belakangan ini buaya tersebut sering muncul dan naik ke darat, malah menuju permukiman warga. Hampir 20 tahun tidak pernah ada kemunculan satwa buaya di sekitar lokasi tersebut, baru ini sering ada laporan seperti itu," katanya.
Lalu, tim menuju ke lokasi dan melakukan observasi lokasi serta menemukan bekas cakaran di pinggir sungai. Tim melakukan sosialisasi kepada masyarakat serta memberikan himbauan supaya masyarakat lebih berhati-hati saat beraktivitas di sungai dan mengurangi aktivitas di sungai pada jam tertentu seperti pagi dan menjelang malam atau Maghrib.
Warga juga diimbau agar tidak membuang bangkai ke sungai, bangkai ayam yang mati atau membuang bagian tubuh ayam yang dipotong ketika membersihkannya di sungai.
"Karena bangkai ayam atau potongan tubuh ayam yang dibuang ke sungai berpotensi memancing buaya mendekati permukiman warga," katanya.
Saat ini, kata M Mahfud, buaya tersebut sudah menjauh dari permukiman warga dan mengarah kembali ke Sungai Mumpa. Upaya yang dilakukan untuk sementara dari warga setempat yaitu akan melaksanakan ritual adat sebagai sistem kearifan lokal untuk mitigasi dari gangguan satwa liar.
Kepala Balai Besar KSDA Riau, Suharyono turut mengimbau agar warga melaporkan ke pihak yang berwenang, seperti perangkat des, Bhabinkamtibmas polres atau polsek terdekat.
Apabila dijumpai kemunculan satwa liar dan menegaskan agar warga tidak bertindak melukai/membunuh satwa liar yang dilindungi karena tindakan tersebut justru sangat berisiko dan berbahaya bagi keselamatan warga, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021
"Setelah mendapatkan laporan itu, tim BBKSDA Riau segera berkoordinasi dengan Polsek Tempuling, selanjutnya menurunkan tim ke Desa Mumpa, dan bersama petugas dari Resort Kerumutan Selatan untuk melakukan mitigasi konflik satwa di Desa Mumpa itu," kata Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, M. Mahfud kepada wartawan di Pekanbaru, Sabtu.
MItigasi adalah segala upaya untuk mengurangi risiko ancaman, termasuk bencana.
Menurut dia tim yang turun langsung berkoordinasi dengan Kepala Desa Mumpa, Jumrani beserta perangkat desa setempat terkait kemunculan buaya muara itu.
Berdasarkan informasi yang diperoleh, katanya, seorang warga menjumpai adanya satwa buaya yang sedang memangsa seekor kambing di pinggir sungai. Kambing yang dimangsa buaya adalah milik Tarom, warga RT02/RW. 07.
"Jumrani sendiri menjelaskan belakangan ini buaya tersebut sering muncul dan naik ke darat, malah menuju permukiman warga. Hampir 20 tahun tidak pernah ada kemunculan satwa buaya di sekitar lokasi tersebut, baru ini sering ada laporan seperti itu," katanya.
Lalu, tim menuju ke lokasi dan melakukan observasi lokasi serta menemukan bekas cakaran di pinggir sungai. Tim melakukan sosialisasi kepada masyarakat serta memberikan himbauan supaya masyarakat lebih berhati-hati saat beraktivitas di sungai dan mengurangi aktivitas di sungai pada jam tertentu seperti pagi dan menjelang malam atau Maghrib.
Warga juga diimbau agar tidak membuang bangkai ke sungai, bangkai ayam yang mati atau membuang bagian tubuh ayam yang dipotong ketika membersihkannya di sungai.
"Karena bangkai ayam atau potongan tubuh ayam yang dibuang ke sungai berpotensi memancing buaya mendekati permukiman warga," katanya.
Saat ini, kata M Mahfud, buaya tersebut sudah menjauh dari permukiman warga dan mengarah kembali ke Sungai Mumpa. Upaya yang dilakukan untuk sementara dari warga setempat yaitu akan melaksanakan ritual adat sebagai sistem kearifan lokal untuk mitigasi dari gangguan satwa liar.
Kepala Balai Besar KSDA Riau, Suharyono turut mengimbau agar warga melaporkan ke pihak yang berwenang, seperti perangkat des, Bhabinkamtibmas polres atau polsek terdekat.
Apabila dijumpai kemunculan satwa liar dan menegaskan agar warga tidak bertindak melukai/membunuh satwa liar yang dilindungi karena tindakan tersebut justru sangat berisiko dan berbahaya bagi keselamatan warga, katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021