Saat ini muncul varian baru virus corona baru yang dinamai "mu" yang mungkin bisa menghindari kekebalan yang diinduksi vaksin.
Label VOI, seperti dikutip dari Livescience, Jumat, berarti prevalensi varian tersebut meningkat di beberapa area dan mutasi ini cenderung mempengaruhi karakteristik virus, seperti penularan atau tingkat keparahan penyakit.
Menurut WHO, varian mu memiliki konstelasi mutasi yang menunjukkan sifat potensial untuk lolos dari kekebalan vaksin.
Baca juga: Inggris Raya adakan tes antibodi COVID bagi masyarakat umum
Data awal studi laboratorium menunjukkan antibodi yang dihasilkan sebagai respons terhadap vaksinasi COVID-19 atau infeksi sebelumnya kurang mampu menetralisir atau mengikat dan menonaktifkan varian mu.
Namun, temuan ini masih perlu dikonfirmasi melalui penelitian selanjutnya.
Sejauh ini, varian mu telah terdeteksi di 39 negara, termasuk di Amerika Selatan, Eropa dan Amerika Serikat. Sebuah studi dari University of Miami mendeteksi varian ini pada 9 persen kasus di Jackson Memorial Health System di Miami, menurut Medpage Today.
Meskipun mu ditemukan kurang dari 0,1 persen dari semua kasus COVID-19 di seluruh dunia, tetapi varian ini menyumbang 39 persen dari kasus di Kolombia dan 13 persen di Ekuador, dan telah meningkat prevalensinya di area tersebut.
WHO menyatakan masih memerlukan lebih banyak penelitian untuk lebih memahami varian mu dan penyebarannya.
Terkait penularannya, otoritas kesehatan di Inggris mencatat varian ini tidak menyebar sangat cepat dan tak lebih menular daripada varian delta. Tetapi mu punya kemampuan menghindari kekebalan yang diinduksi vaksin.
Selain mu, WHO saat ini juga memantau empat VOI lainnya yakni eta, iota, kappa dan lambda serta empat variant of concern (VOC) yaitu alfa, beta, gamma dan delta.
Baca juga: Afrika Selatan deteksi varian baru virus corona, masih pelajari mutasi
Baca juga: Mewaspadai sebaran COVID varian delta di Aceh
Baca juga: Studi Korsel: Muatan virus Delta 300 kali lebih tinggi
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021