Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) melakukan penanaman perdana rehabilitasi mangrove bekerjasama dengan Kelompok Tani Hutan Mangrove di Desa Sabuai, Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari MoU dan Perjanjian Kerja Sama antara Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, serta berbagai asosasi termasuk GAPKI, yang telah menyepakati untuk melakukan penanaman dan rehabilitasi mangrove di beberapa lokasi.
“Desa Sabuai mengalami abrasi yang semakin luas. Oleh karena itu, GAPKI memilih Desa Sabuai sebagai lokasi penanaman,” ungkap Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono.
Setelah melakukan pengamatan, GAPKI mencoba melakukan penanaman lebih dalam agar mangrove yang ditanam dapat terus hidup. Menurut Mukti, penanaman 10 Ha di Desa Sabuai adalah bagian dari komitmen GAPKI untuk rehabiitasi Mangrove sebesar 50 Ha di wilayah Kalimantan Tengah, Khususnya DAS Kahayan.
Sejalan dengan Mukti, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kotawaringin Barat, Fitriyana menyatakan bahwa penanaman yang dilakukan oleh GAPKI diharapkan mampu menjawab tantangan.
“Penaman ini, dengan strategi yang disesuai dengan alam agar tingkat kesuksesasnnya lebih baik,” ungkapnya.
Menurutnya, beberapa waktu lalu, Desa Sebuai menjalankan program penanaman Mangrove di pantai. Akibatnya, Mangrove tersebut mati karena air ROB. Fitriyana menambahkan pihaknya sangat mendukung program yang dicanangkan oleh GAPKI.
“Kita perlu meningkatkan sinergitas agar program ini bisa berjalan dengan baik,” jelasnya.
Dmenurut Fitriyana program ini akan menjadi sarana untuk pihaknya melakukan inventarisasi kembali jumlah mangrove yang ada di wilayahnya. Ia menyatakan bahwa mangrove dapat menjadi sumber ekonomi dengan pengelolaan dan pengolahan berbagai macam produk.
“Mudah-mudahan bisa menjadi Role model bagi yang lain,” tegasnya.
Menurut Kepala Desa Sebuai, Tohari, program penanaman mangrove merupakan program yang memiliki manfaat yang luar biasa.
“Mungkin tidak saat ini, tapi lima sampai sepuluh tahun lagi kita akan merasakan manfaatnya,” jelasnya.
Menurutnya, mangrove dalam mengurangi efek ROB, mengaringi gelombang dan mengurahi kecepatan angin. Ia berharap, program ini bisa berhasil dengan minimal 80 persen mangrove yang ditanam tetap hidup.
“Kita wariskan untuk generasi berikutnya,” tegasnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2021