Hasil analisis Konsorsium Bentang Seblat yang terdiri dari Genesis Bengkulu, Kanopi Hijau Indonesia dan Lingkar Inisiatif menyebutkan bahwa sekitar 6.358 hektare lahan habitat gajah sumatera (Elephas maximus Sumatras) di hutan bentang alam Seblat, telah berubah.
Perwakilan Konsorsium Bentang Seblat yang juga Direktur Egi Ade Saputra di Pantai Taman Berkas Kota Bengkulu, Jumat menyebutkan bahwa 55,89 persen dari 6.358 hektare hutan telah dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di dalam kawasan hutan Bentang Alam Seblat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lahan habitat gajah di Bengkulu berkurang hingga 6.358 hektare
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022
Perwakilan Konsorsium Bentang Seblat yang juga Direktur Egi Ade Saputra di Pantai Taman Berkas Kota Bengkulu, Jumat menyebutkan bahwa 55,89 persen dari 6.358 hektare hutan telah dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan kelapa sawit di dalam kawasan hutan Bentang Alam Seblat.
"Adanya aktivitas pertanian lahan campuran di dalam kawasan hutan yang didominasi oleh tanaman sawit menggambarkan mudahnya setiap orang untuk menguasai dan mengelola kawasan hutan untuk dijadikan lahan perkebunan," kata Egi.
Ia mengungkap, sekitar 3.553 hektare menjadi lahan pertanian kering campuran, 2.088 hektare menjadi lahan terbuka, sekitar 407,38 hektare menjadi semak belukar dan lahan perkebunan seluas 308,99 hektare.
Dengan kondisi itu, populasi satwa gajah sumatera di Bengkulu Alam Seblat yang tidak lebih 50 ekor menjadi terancam dan memperbesar peluang terjadi konflik antara satwa gajah dengan manusia.
Kata dia, di kawasan Bentang Alam Seblat terdapat tiga kantong habitat gajah sumatera yang terdiri dari Hutan Produksi (HP) Air Teramang seluas 4.818 hektare, HP Air Rami 14.010 hektare dan Taman Wisata Alam (TWA) Seblat 7.732 hektare.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Lahan habitat gajah di Bengkulu berkurang hingga 6.358 hektare
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022