Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan polisi wanita atau polwan menjadi salah satu garda terdepan untuk terus meraih kembali kepercayaan masyarakat demi tegaknya maruah institusi Korps Bhayangkara.
Kapolri menyampaikan hal itu pada acara puncak dan syukuran HUT Ke-74 Polwan di Gedung Rupatama, Mabes Polri, Jakarta Selatan.
Jenderal bintang empat itu menginginkan seluruh jajaran polwan melakukan pendekatan secara humanis untuk meraih kembali kepercayaan masyarakat karena sejak peristiwa-peristiwa yang terjadi di internal Polri memengaruhi tingkat kepercayaan publik.
"Saya titip ini semua kepada rekan-rekan polwan sebagai agent of change terkait dengan reformasi kultural yang ada di Polri," kata Sigit.
Berdasarkan hasil survei, kata Kapolri, tingkat kepercayaan publik kepada Polri berangsur pulih, meningkat, tetapi belum setinggi angka sebelumnya 76 persen. Hasil survei terbaru, tingkat kepercayaan publik sudah 69,6 persen.
"Beberapa hari atau beberapa minggu terakhir kemarin ada survei terbaru, yaitu sudah 69,6 persen. Artinya angka ini adalah angka yang harus kami perjuangkan karena ini menyangkut maruah institusi, menyangkut kepercayaan publik kepada Polri," ujarnya.
Mantan Kepala Bareskrim Polri itu optimistis peran dan pendekatan polwan mampu menjadi salah satu kekuatan untuk meraih kembali tingkat kepercayaan publik.
Menurut Sigit, polwan ibarat Srikandi di dalam dunia pewayangan. Srikandi merupakan sosok wanita yang memiliki kemampuan tidak kalah dengan seorang pria, tetapi tetap memiliki sisi lemah lembut dan penuh kasih sayang. Karakter ini menjadi salah satu kekuatan polwan menjalankan tugas di lapangan.
"Di satu sisi polwan mampu melakukan penegakan hukum yang tegas, namun humanis sesuai dengan ciri khas dan karakter dari polwan. Namun, pada saat melaksanakan tugas, rekan-rekan memiliki karakter khusus yang tentunya lebih menonjol dibandingkan dengan polki (polisi laki-laki) dan ini adalah kekuatan yang dimiliki oleh Polwan," ujar Sigit.
Dalam kesempatan itu, Jenderal Sigit menyinggung soal reformasi kultural yang dilakukan Polri dengan dua metode, yakni rules based difinition dengan menyerap dan mendengar aspirasi masyarakat. Kemudian valeu based definition dengan cara membutuhkan komitmen serta kerja keras bagi seluruh personel Polri untuk terus menanamkan nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasetya, saling mengingatkan satu lainnya untuk selalu berbuat kebaikan.
"Polri harus saling mengingatkan. Tidak bisa membiarkan teman kemudian berjalan tersesat dan tidak diingatkan. Anda berdosa kalau tidak mengingatkan teman-teman. Yang terlihat mulai perhatikan, tugas semua untuk saling mengingatkan dan ini untuk menjaga institusi Polri yang cintai," kata Kapolri.
Mantan Kapolda Banten itu juga mengingatkan kepada polwan untuk terus memperhatikan dinamika global maupun nasional. Pada tingkat internasional, ada ancaman terjadinya krisis pangan dan energi di seluruh dunia termasuk Indonesia akibat konflik antara Rusia dengan Ukraina yang berkepanjangan.
Kemudian, polwan juga harus mempersiapkan diri dalam menghadapi tantangan dalam bentuk kejahatan model transnational crime hingga hyper connectivity.
Di sisi lain, mengenai dinamika yang terjadi di dalam negeri seperti penanganan bencana alam, trauma healing hingga pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2024, Kapolri menegaskan peran polwan diperlukan untuk membuat situasi tetap tenang, aman dan damai.
"Tentunya butuh sentuhan-sentuhan karena ada potensi konflik apabila ini tidak ditangani dengan baik dan ini bisa terjadi di mana-mana, dan di situlah peran cooling system dari polwan untuk bisa hadir dan kemudian memiliki peran penting untuk ikut memberikan warna terhadap hal-hal seperti ini," papar Sigit.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022