Dolar AS menguat untuk sesi keempat berturut-turut pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor memperkirakan data inflasi pekan ini kemungkinan akan menunjukkan bahwa tekanan harga tetap tinggi di ekonomi terbesar dunia itu, menjaga kebijakan moneter agresif Federal Reserve pada trek untuk berlanjut sampai tahun depan.
Data AS yang akan dirilis pada Kamis (13/10/2022) diperkirakan menunjukkan bahwa inflasi utama datang pada tingkat 8,1 persen tahun-ke-tahun yang panas pada September, tetapi turun dari 8,3 persen pada Agustus. Inflasi inti diperkirakan meningkat menjadi 6,5 persen dari 6,3 persen sebelumnya.
Presiden Fed Chicago Charles Evans pada Senin (10/10/2022) mengatakan inflasi jauh lebih persisten daripada yang diperkirakan oleh bank sentral AS. Namun dia mencatat bahwa The Fed mungkin masih dapat menurunkan inflasi tanpa kenaikan tajam dalam pengangguran dan tanpa mendorong ekonomi ke dalam resesi.
Indeks dolar AS terakhir naik 0,3 persen pada 113,14, dari posisi terendah sekitar 110 minggu lalu dan merayap kembali ke tertinggi 20 tahun bulan lalu di 114,78. Euro turun 0,4 persen pada 0,9705 dolar.
Data AS Jumat lalu (7/10/2022) menunjukkan bahwa pengangguran secara tak terduga turun dan ekonomi menambahkan lebih banyak pekerjaan daripada yang diperkirakan pada September. Itu mendorong imbal hasil obligasi karena para pedagang meningkatkan taruhan mereka bahwa Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada November untuk pertemuan keempat berturut-turut.
"Dengan menggambarkan kekuatan yang berkelanjutan di pasar tenaga kerja, laporan penggajian non-pertanian (NFP) Jumat memberi kekuasaan penuh pada Fed untuk terus menaikkan suku bunga," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar Corpay di Toronto.
Dia menambahkan bahwa risalah dari pertemuan terakhir The Fed, yang dijadwalkan pada Rabu (12/10/2022), "kemungkinan akan menunjukkan para pembuat kebijakan tetap bersedia untuk menimbulkan kesengsaraan ekonomi yang serius pada AS dan ekonomi global ketika mereka mencoba untuk menurunkan inflasi."
Di Inggris, bank sentral Inggris berusaha meredakan kekhawatiran tentang berakhirnya skema pembelian obligasi darurat.
Pasar Inggris mengalami kemunduran pada akhir September setelah pemerintah mengumumkan rencana untuk memangkas pajak dan meningkatkan pinjaman. Pound jatuh dan BoE terpaksa melakukan intervensi untuk menopang pasar obligasi.
BoE mengatakan siap untuk membeli sebanyak 10 miliar pound (11,07 miliar dolar AS) obligasi pemerintah pada Senin (10/10/2022) dua kali lipat dari batas sebelumnya. Bank sentral juga menciptakan program baru untuk membantu bank lebih mudah mengakses uang tunai.
Sterling tergelincir untuk sesi keempat berjalan meskipun BoE bergerak. Sterling terakhir turun 0,2 persen pada 1,1054 dolar, meskipun tetap jauh di atas rekor terendah 26 September di 1,0327 dolar.
Ketegangan geopolitik dan harga minyak yang lebih tinggi juga menyebabkan kegelisahan baru tentang pertumbuhan, mendorong investor kembali ke dolar.
Rusia menggempur Kyiv dan kota-kota Ukraina lainnya dengan rudal sebagai tanggapan atas ledakan yang menghantam satu-satunya jembatan ke Krimea. Rubel Rusia turun menjadi 63 per dolar untuk pertama kalinya sejak 7 Juli.
Dolar Australia jatuh ke level terendah 2,5 tahun di 0,6275 dolar AS karena greenback naik. Terakhir turun lebih dari 1,0 persen pada 0,6300 dolar AS.
Bank sentral Australia (RBA) pekan lalu menaikkan suku bunga kurang dari yang diharapkan, menambah tekanan pada mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi biasanya menarik investor terhadap aset suatu negara.
Yen Jepang turun terhadap greenback setelah tergelincir menuju level terendah 24 tahun di 145,90 per dolar, level yang mendorong intervensi otoritas untuk mendukungnya bulan lalu. Dolar terakhir berpindah tangan pada 145,72 yen, naik 0,2 persen.
Pasar China dibuka kembali setelah liburan selama seminggu. Yuan di pasar internasional dibuka pada 7,10 per dolar sebelum tergelincir ke terendah sesi di 7,1670. Dolar terakhir naik 0,3 persen pada 7,1539.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022