Harga emas menguat pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), menghentikan penurun tiga sesi berturut-turut dan berhasil menembus di atas level support 1.650 dolar ditopang oleh dolar yang lebih lemah dan penurunan imbal hasil obligasi Pemerintah AS.
Harga emas berjangka anjlok 28,1 dolar AS atau 1,68 persen menjadi 1.648,90 dolar AS pada Jumat (14/10/2022), setelah turun tipis 0,5 dolar AS atau 0,03 persen menjadi 1.677,00 dolar AS pada Kamis (13/10/2022), dan tergelincir 8,50 dolar AS atau 0,5 persen menjadi 1.677,50 dolar AS pada Rabu (12/10/2022).
Dolar melemah pada perdagangan Senin (17/10/2022) di tengah momentum penguatan pound sterling Inggris, dengan indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, tergelincir 1,13 persen menjadi 112.0320.
Penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mendukung emas.
Harga emas menemukan dukungan tambahan karena The Fed New York melaporkan Senin (17/10/20220 bahwa indeks kondisi bisnis Empire State, ukuran aktivitas manufaktur di negara bagian New York, turun 7,6 poin menjadi negatif 9,1 pada Oktober. Ini adalah pembacaan negatif ketiga berturut-turut.
Namun emas masih tetap berada di bawah tekanan karena pasar mengkhawatirkan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve (Fed). Pasar memperkirakan peluang hampir 100 persen bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk bulan ketiga berturut-turut pada November.
Kenaikan tersebut akan menempatkan suku bunga AS di sekitar 4,0 persen, level tertinggi sejak akhir 2007. Tren ini juga sebagian besar melemahkan daya tarik safe haven logam kuning, meskipun prospek ekonomi global terus memburuk.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 64,8 sen atau 3,59 persen, menjadi ditutup pada 18,719 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik 18,70 dolar AS atau 2,09 persen, menjadi ditutup pada 913,6 dolar AS per ounce.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022