Presiden Joko Widodo memerintahkan para bawahannya untuk melakukan pengendalian inflasi sekaligus mendorong investasi pada 2023.

"Belanja yang berkaitan dengan inflasi. Saya minta kepada mendagri untuk terus menyampaikan kepada kepala daerah dalam pengendalian inflasi," kata Presiden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta pada Selasa.

Presiden Joko Widodo menyampaikan hal tersebut dalam pengantar Sidang Paripurna dengan agenda (1) Perkiraan kondisi perekonomian tahun 2023, (2) Evaluasi penanganan COVID-19 dan (3) Antisipasi Krisis Pangan dan Energi yang dihadiri Wakil Presiden Ma'ruf Amin, para menteri kabinet Indonesia Maju dan sejumlah kepala lembaga tinggi negara.

"Ini sudah dilakukan tapi ada beberapa daerah yang belum memberikan peringatan dan ini kelihatan sekali inflasi dari 3 bulan yang lalu 5,9 (persen). Kemarin turun ke 5,7 (persen), kemarin turun ke 5,4 (persen). Ini artinya daerah sudah melakukan, tetapi bisa masih diberikan peringatan lagi agar semua melakukan, dan saya lihat nanti akan turun dan turun lagi." ungkap Presiden.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi pada November 2022 tercatat 5,42 persen (year on year) atau lebih rendah dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang mencapai 5,71 persen (year on year).

Presiden Jokowi juga meminta adanya pencarian pasar baru target investasi.

"Karena kunci pertumbuhan ekonomi di 2023 selain tadi belanja yang menyangkut konsumsi, kemudian pengendalian inflasi, peningkatan investasi ini harus tidak bisa ditawar-tawar lagi karena ini sangat mempengaruhi 'growth' (pertumbuhan) kita," tambah Presiden.

Artinya, Presiden Jokowi menyebut, hilirasasi industri harus terus secara konsisten dilakukan.

"Tadi pagi kita berbicara mengenai setelah nikel, tadi pagi kita telah berbicara mengenai bauksit dan segera kita putuskan kapan akan kita harap ekspor bahan mentah dari bauksit segera akan kita umumkan," ujar Presiden.

Alasannya, karena investasi juga menyangkut pembukaan lapangan kerja yang sangat diperlukan saat ini.

"Kemudian yang berkaitan dengan peningkatan ekspor. Kalau pasar-pasar besar kita seperti Tiongkok maupun Amerika, permintaannya turun, 'demandnya' agak menurun atau 'drop' mestinya Kementerian Perdagangan bisa menggeser mengalihkan ke negara-negara lain yang kira-kira memiliki permintaan yang sama. Saya lihat punya potensi besar itu India," jelas Presiden.

Presiden menyebut selama ini India belum dijadikan target investasi meski punya potensi.

"Ini yang tidak pernah kita rutin kita lakukan pendekatan ke sana," kata Presiden.

Tidak ketinggalan yang berkaitan dengan pariwisata, Presiden Jokowi meminta agar ada penguatan destinasi prioritas.

"Berkaitan dengan kunjungan wisatawan asing penting sekali utamanya untuk destinasi prioritas di Labuan Bajo, di Mandalika, di Borobudur yang harus terus kita dorong," kata Presiden.

Pewarta: Desca Lidya Natalia

Editor : Ariyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2022