Dolar melemah terhadap sekeranjang mata uang utama di sesi Asia pada Selasa sore, tetapi diperdagangkan dalam kisaran sempit, karena investor tetap berhati-hati menjelang data inflasi utama AS yang akan dirilis hari ini tepat ketika Federal Reserve memulai pertemuan kebijakan moneter dua hari.
Yuan di pasar domestik menyentuh terendah di 7,1680 per dolar, terendah sejak November lalu, dan terakhir diperdagangkan di 7,1618.
Di pasar luar negeri, yuan terakhir 0,2 persen lebih rendah pada 7,1709 per dolar, setelah melemah ke level terendah baru enam bulan di 7,1782 di awal sesi.
"Perlambatan China sebagian karena niat pembuat kebijakan untuk mendorong reformasi struktural," kata analis di ANZ dalam sebuah catatan.
"Pelonggaran moneter hanyalah langkah tentatif untuk merekayasa soft landing bagi ekonomi tradisional."
Perhatian pasar sekarang beralih ke laporan IHK Departemen Tenaga Kerja AS yang akan dirilis pada Selasa, yang diharapkan menunjukkan inflasi sedikit menurun pada Mei dan dapat memberikan ruang bagi Fed untuk menghentikan siklus kenaikan suku bunga yang agresif ketika mengumumkan keputusan suku bunga pada Rabu (14/6/2023).
Pasar saat ini memperkirakan peluang hampir 84 persen bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan minggu ini, menurut alat CME FedWatch.
Ekspektasi tersebut membuat sentimen risiko tetap tinggi, menyematkan dolar AS di dekat posisi terendah multi-minggu terhadap dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko.
Aussie naik 0,23 persen menjadi 0,6766 dolar AS, setelah mencapai puncak satu bulan di 0,6774 dolar AS di sesi sebelumnya. Kiwi stabil di 0,6126 dolar AS, tidak jauh dari puncak Senin (12/6/2023) di 0,6153 dolar AS, tertinggi sejak 24 Mei.
"Jika inflasi berada di atas konsensus, maka saya pikir pasar dapat memberikan peluang lebih besar untuk kenaikan suku bunga Fed minggu ini," kata Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional dan berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia.
"(Tapi) saya pikir Fed mungkin tidak akan menaikkan ... dan mereka akan terdengar agak dovish, dan itu akan mendorong dolar AS turun lagi."
Di tempat lain, sterling naik 0,16 persen menjadi 1,25315 dolar, setelah mencapai puncak satu bulan di 1,2600 dolar sehari sebelumnya di tengah komentar hawkish oleh pembuat kebijakan Bank Sentral Inggris, yang mengatakan suku bunga mungkin akan naik lebih lanjut karena inflasi tetap kokoh.
Euro mencapai puncaknya di 1,0792 dolar, tertinggi sejak 24 Mei, dengan para pedagang juga fokus pada keputusan suku bunga Kamis (15/6/2023) dari Bank Sentral Eropa (ECB), setelah pertemuan kebijakannya.
"Kenaikan suku bunga 25 basis poin dari ECB pada pertemuan kebijakan minggu ini dianggap sebagai kesepakatan," kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank, dikutip dari Reuters.
"Secara luas diasumsikan bahwa ECB mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga yang berarti bahwa pasar akan mencoba untuk mengevaluasi tidak hanya seberapa tinggi suku bunga akan bergerak, tapi berapa lama mereka akan bertahan di puncaknya."
Terhadap yen Jepang, dolar tergelincir 0,06 persen menjadi 139,52.
Indeks dolar AS turun 0,17 persen menjadi 103,40, melemah di dekat palung pada Senin (12/6/2023) di 103,24, terendah sejak 23 Mei.
Bank Sentral Jepang (BoJ) akan mengumumkan keputusan kebijakan moneter pada Jumat (16/6/2023) dan diperkirakan akan mempertahankan sikap ultra-dovish dan pengaturan kontrol kurva imbal hasil (YCC).
"Kami sekarang memperkirakan BoJ untuk mengubah kebijakan YCC pada Juli, tetapi seperti di masa lalu, hal itu dapat mempengaruhi perubahan ini tanpa memberi sinyal sebelumnya," kata Chong Hoon Park, kepala riset ekonomi Korea dan Jepang di Standard Chartered Bank.
"Bank sentral kemungkinan akan terus mengirim pesan dovish atau tidak berniat mengubah kebijakan sampai berubah arah."
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023