Seorang anak petani budidaya nanas di Desa Tangkit Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, Bernama M Ikram (25) profesi nya sebagai petani nenas yang hanya dipandang rendah oleh sebagian orang namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang petani desa adalah pekerjaan yang mulia.

Profesi yang saat ini masih di jalani M Ikram, anak ke-5 dari pasangan bapak Mallaniung dan ibu Sitti Masitah, bapak nya yang hanya lulusan SMP bekerja sebagai petani nanas dengan penghasilan ayahnya kisaran Rp2,5 juta per bulan nya, sedangkan ibunya telah meninggal sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar.

Desa Tangkit Baru merupakan salah satu wilayah yang menghasilkan nanas sebagai sumber mata pencaharian utama. M ikram salah satu anak yang keseharian nya selama masa sekolah Madrasah Ibtidaiyah ia bekerja sambilan setelah pulang sekolah untuk membantu keluarganya dan cari uang untuk membayar uang sekolah membantu ayahnya di kebun nanas agar dapat upah untuk ditabung nya.

Di usianya yang masih anak anak ia hanya mampu membantu mengangkat buah nanas ke keranjang motor agar bisa di angkut ke depan kebun, bermula dari membantu mengangkat nanas ia terbiasa bekerja untuk menanam, merawat dan memanen buah nanas.

Karena keterbatasan biaya, Ikram pun memilih untuk membantu ayahnya untuk mencukupi keperluan sehari hari di keluarganya, baik dengan bekerja sebagai petani nanas atau bercocok tanam, dari kecil ikram sudah terbiasa menggantungkan kehidupannya dengan berprofesi sebagai petani di Desa Tangkit Baru.

Hasil panen buah nanas biasa di pasarkan ke berbagai wilayah seperti ke Padang Sumatera Barat, Batam, Jakarta, utamanya buah nanas di kirim ke per kabupaten di Provinsi Jambi.

Buah nanas yang biasanya di kirim ke Padang dan Batam dalam kondisi buah yang setengah matang sedangkan buah yang di kirim ke Jakarta buah nanas yang hijau karena pas sampai sana buahnya sudah masak.

Ikram adalah anak yang mandiri sejak usianya masih terbilang kecil ia sudah di tinggal ibunya dan ayahnya mengurus keenam anak nya sendiri. Akan tetapi  hal membuat semangatnya menjadi anak yang lebih sukses dan mengangkat derajat keluarganya.

Ketika M Ikram lulus dari Madrasah Ibtidaiyah, dia memiliki impian yang besar. Ia ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu sekolah menengah atas namun, hal ini tidak mudah diwujudkan.

Biaya sekolah yang lebih tinggi belum lagi biaya sehari hari keluarganya dan saudara. Namun, dengan dukungan dari ayahnya dan saudaranya, dia giat membantu ayah di kebun dengan hasil upah yang ia tabung dan di tambah oleh ayahnya untuk biaya pendidikan di sekolah menengah atas.

Ketika M Ikram memasuki dunia Sekolah Menengah Atas, dia mulai menemui banyak teman baru dan guru yang menginspirasi. Ia memperluas wawasannya dan mulai bercita-cita untuk kuliah di perguruan tinggi.

Akhirnya Ikram menunjukkan prestasi akademik yang baik dan terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Meskipun kadang ada diskriminasi sosial karena latar belakangnya, dia terus saja mengatasi segala hambatan dengan semangat dan kegigihan yang tidak pernah pudar.

Saat M Ikram memasuki tahun terakhir sekolah menengah atas, dia menghadapi ujian nasional yang menentukan kelulusannya. Ujian tersebut menjadi momen krusial dalam perjalanan pendidikannya.

Dia belajar dengan giat dan mempersiapkan diri dengan baik. Meskipun terkadang dirundung kecemasan dan keraguannya terus melangkah maju dengan keyakinan dan tekad yang kuat. Pada akhirnya, Ikram berhasil meraih nilai yang memuaskan dan lulus dengan prestasi yang baik.

Setelah lulus dari sekolah menengah atas, Ikram memiliki impian yang besar untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Namun, kendala finansial kembali menjadi hambatan yang nyata.

Ikram dan keluarganya tidak mampu membiayai kuliah yang mahal. Namun, dengan tekad yang kuat dia mencari berbagai beasiswa dan bantuan finansial. Ia mengirimkan banyak berkas beasiswa dan mengikuti seleksi dengan sungguh-sungguh. Namun hasil nya nihil, takdir berkata lain, jika ia ingin sekali melanjutkan ke perguruan tinggi ia harus sambil bekerja sebagai petani nanas untuk membiayai kuliahnya.

Selama kuliah, M Ikram menghadapi tantangan yang lebih besar. Ia harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan tuntutan akademik yang lebih berat. Meskipun terkadang merasa kewalahan, namun tidak pernah menyerah tetapi dia memanfaatkan sumber daya yang tersedia, meminta bantuan dosen, dan bekerja sama dengan teman-teman sekelas untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya.

M Ikram memilih jurusan pendidikan agama islam yang sesuai dengan minat dan bakatnya, dan dengan tekun dan fokus, Setelah bertahun-tahun perjuangan dan pengorbanannya, tiba saat yang dinanti-nantikan. M Ikram mampu menyelesaikan studinya dan meraih gelar sarjana dengan waktu 4 tahun.

Merasa begitu haru dan bahagia Ikram menyadari bahwa perjalanan hidupnya dari seorang anak petani nanas yang belajar di Madrasah Ibtidaiyah hingga meraih gelar sarjana adalah sebuah pencapaian luar biasa.

Ia merasa terima kasih kepada keluarganya saudaranya yang telah mendukung dia, dan guru-guru yang memotivasinya. Tidak hanya sebagai petani nanas setelah berhasil menyelesaikan study S1 nya, M Ikram salah satu pemuda yang mengabdikan dirinya kepada masyarakat dengan berprofesi menjadi guru honorer salah satu pondok pesantren di daerah Sungai Gelam yaitu pondok pesantren Raudhatul Muhajirin.



 

Pewarta: Rahmawati

Editor : Nanang Mairiadi


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2023