Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan transformasi digital nasional terakselerasi dengan cepat termasuk digitalisasi sistem pembayaran dan keuangan.
"Dalam lima tahun terakhir transformasi digital nasional terakselerasi secara cepat. Digitalisasi pembayaran dan keuangan telah menyelamatkan ekonomi nasional dari pandemi COVID-19, penyaluran bantuan sosial, konsumsi masyarakat dan juga bagaimana kita mengawal ekonomi di tengah COVID-19," kata Perry dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital (FEKDI) dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 di Jakarta, Kamis.
Ia menuturkan pasca pandemi COVID-19, akseptasi digital semakin meluas di masyarakat sehingga mendorong partisipasi sektor usaha dan masyarakat dalam pengembangan model bisnis baru berbasis digital yang produktif dan inovatif.
"Indonesia kini diakui sebagai negara yang cepat dan pemain utama dalam digitalisasi ekonomi dan keuangan. Kami di Bank Indonesia berbahagia dapat berkontribusi nyata dalam digitalisasi nasional terutama melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2019-2025," ujarnya.
Lebih 50 juta pengguna QR Indonesian Standard (QRIS) yang sebagian besar adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Transaksi BI-Fast tumbuh pesat dan semakin digemari masyarakat dengan biaya yang murah. Elektronifikasi program sosial pemerintah, transaksi keuangan pemerintah bahkan juga penggunaan Kartu Kredit Indonesia memperlancar transaksi keuangan pemerintah.
Selain itu, layanan perbankan maupun keuangan secara digital saat ini sudah menjadi kemajuan pesat industri perbankan dan sistem pembayaran di Indonesia. Demikian juga financial technology (fintech), e-commerce, market place juga berkembang pesat. Reformasi regulasi turut memperkuat industri pembayaran nasional.
"Kita harus terus mendorong akselerasi digitalisasi nasional ke depan untuk Indonesia maju ke depan, untuk generasi muda pemimpin-pemimpin bangsa masa depan. Generasi Y dan Z Zoomer semakin berperan sebagai pelaku ekonomi keuangan yang serba digital melebihi 70 persen dari demografi Indonesia," tuturnya.
Menurut dia, inovasi digital juga berkembang cepat dengan kecerdasan artifisial (artificial intelligence), machine learning, virtual reality, serta berbagai produk dan layanan pembayaran digital.
"Tentu saja kita harus sadar digitalisasi juga menimbulkan tantangan baru seperti risiko keamanan siber, perlindungan data pribadi bahkan etika dan juga kecanduan digital," ujarnya.
Oleh karena itu, Perry mengajak semua pihak dan pemangku kepentingan untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk transformasi digital nasional ke depan untuk Indonesia masa depan dan untuk generasi muda sebagai pemimpin-pemimpin bangsa masa depan.
Partisipasi seluruh elemen, pemerintah, Bank Indonesia, industri pembayaran, asosiasi sistem pembayaran, perbankan, fintech dan juga seluruh akademisi, masyarakat sangat diperlukan untuk kemajuan ekonomi nasional, UMKM, ekonomi kerakyatan dan generasi masa depan.
"Karena itu sinergi dan kolaborasi itu kita wujudkan dalam berbagai rangkaian acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia tahun ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024
"Dalam lima tahun terakhir transformasi digital nasional terakselerasi secara cepat. Digitalisasi pembayaran dan keuangan telah menyelamatkan ekonomi nasional dari pandemi COVID-19, penyaluran bantuan sosial, konsumsi masyarakat dan juga bagaimana kita mengawal ekonomi di tengah COVID-19," kata Perry dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital (FEKDI) dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 di Jakarta, Kamis.
Ia menuturkan pasca pandemi COVID-19, akseptasi digital semakin meluas di masyarakat sehingga mendorong partisipasi sektor usaha dan masyarakat dalam pengembangan model bisnis baru berbasis digital yang produktif dan inovatif.
"Indonesia kini diakui sebagai negara yang cepat dan pemain utama dalam digitalisasi ekonomi dan keuangan. Kami di Bank Indonesia berbahagia dapat berkontribusi nyata dalam digitalisasi nasional terutama melalui Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2019-2025," ujarnya.
Lebih 50 juta pengguna QR Indonesian Standard (QRIS) yang sebagian besar adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Transaksi BI-Fast tumbuh pesat dan semakin digemari masyarakat dengan biaya yang murah. Elektronifikasi program sosial pemerintah, transaksi keuangan pemerintah bahkan juga penggunaan Kartu Kredit Indonesia memperlancar transaksi keuangan pemerintah.
Selain itu, layanan perbankan maupun keuangan secara digital saat ini sudah menjadi kemajuan pesat industri perbankan dan sistem pembayaran di Indonesia. Demikian juga financial technology (fintech), e-commerce, market place juga berkembang pesat. Reformasi regulasi turut memperkuat industri pembayaran nasional.
"Kita harus terus mendorong akselerasi digitalisasi nasional ke depan untuk Indonesia maju ke depan, untuk generasi muda pemimpin-pemimpin bangsa masa depan. Generasi Y dan Z Zoomer semakin berperan sebagai pelaku ekonomi keuangan yang serba digital melebihi 70 persen dari demografi Indonesia," tuturnya.
Menurut dia, inovasi digital juga berkembang cepat dengan kecerdasan artifisial (artificial intelligence), machine learning, virtual reality, serta berbagai produk dan layanan pembayaran digital.
"Tentu saja kita harus sadar digitalisasi juga menimbulkan tantangan baru seperti risiko keamanan siber, perlindungan data pribadi bahkan etika dan juga kecanduan digital," ujarnya.
Oleh karena itu, Perry mengajak semua pihak dan pemangku kepentingan untuk memperkuat sinergi dan kolaborasi untuk transformasi digital nasional ke depan untuk Indonesia masa depan dan untuk generasi muda sebagai pemimpin-pemimpin bangsa masa depan.
Partisipasi seluruh elemen, pemerintah, Bank Indonesia, industri pembayaran, asosiasi sistem pembayaran, perbankan, fintech dan juga seluruh akademisi, masyarakat sangat diperlukan untuk kemajuan ekonomi nasional, UMKM, ekonomi kerakyatan dan generasi masa depan.
"Karena itu sinergi dan kolaborasi itu kita wujudkan dalam berbagai rangkaian acara Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia tahun ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024