Sekretaris jenderal Komisi Nasional (Sekjen Komnas) Perlindungan Anak Republik Indonesia Pravistania Rhemadiara Putri mengatakan sebanyak 44,82 persen aksi kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi saat ini dipengaruhi kesulitan ekonomi dalam rumah tangga.

"Banyak sekali dari mereka mengalami Kekerasan Dalam Berumah Tangga (KDRT) disebabkan oleh masalah kesulitan ekonomi, minuman keras, serta pengaruh video porno," kata Pravistania Rhemadiara Putri dalam acara Seminar Internasional dengan tema "Capacity Building On Sexual Awarness For Preventing Online Gender Based Violence" di Kampus UIN STS Jambi, Kamis (21/11).

Ia mengatakan edukasi seks penting bagi anak untuk mengurangi kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur.

Kekerasan seksual merupakan segala bentuk bujuk rayu serta eksploitasi dan pemaksaan secara seksual yang tidak hanya terjadi pada anak-anak dan perempuan tetapi juga terhadap para ibu rumah tangga.

Seminar internasional yang diadakan Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi menghadirkan narasumber Sekretaris Komisi Nasional Perlindungan Anak RI, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Jambi, Universiti Putra Malaysia, dan Sekretaris Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat UIN Jambi.

Pravistania Rhemadiara Putri mengatakan bentuk kekerasan yang sangat banyak ditemui saat ini adalah di media sosial sedangkan korban yang paling banyak ditemui ialah anak di bawah umur.

Penyebab utamanya dikarenakan kurangnya edukasi terhadap anak dan pengaruh sosial media.

Mereka bisa mengakses aplikasi seperti tinder atau mi chat karena mereka belum terlalu paham dan masih penasaran.

Anak kecil banyak menjadi korban pelecehan karena besarnya pengaruh media sosial ketika menggunakan handphone.

Mereka tanpa pengawasan serta perhatian orang tua yang tidak memberikan suatu aturan yang jelas menggenai penggunaan handphone.

Faktor lainnya adalah masih sedikit dari orang tua yang memberikan edukasi seks sejak dini kepada anak.

Pendidikan seks sejak dini kepada anak-anak akan membuat mereka tahu tentang hal sensitif yang harus dilawan ketika mendapatkan kekerasan, karena berdasarkan data para pelaku pelecehan itu kebanyakan adalah orang terdekat korban.

Dampak terbesar bagi kekerasan seksual jika tidak mendapatkan pembelaan dan penanganan secara psikologis ialah bunuh diri para korban karena merasa dunia itu tidak aman dan tidak lagi memiliki orang yang bisa untuk dipercaya.

Kemudian sering kali para korban mengaku bahwa dirinya sudah kotor dan merasa tidak suci lagi sehingga mereka kehilangan kepercayaan diri.

Upaya pemulihan terhadap mental para korban tidak hanya melalui pendekatan psikologis tetapi juga terhadap lingkungan sosial ketika ada korban yang berani mengatakan bahwa telah mengalami kekerasan. Tugas lembaga berwenang ialah memberikan pendampingan yang mendengarkan dengan empati penuh rasa kepedulian serta menjaga rahasia.

"Dan kemudian tidak menjadikan bahan gosip bantu mereka dengan tidak memberikan komentar negatif dan dokumentasikan serta cari informasi bagi korban untuk dibawa ke pihak yang berwewenang atau lebih profesional," kata Pravistania Rhemadiara Putri.






 

Pewarta: Nanang Mairiadi

Editor : Dolly Rosana


COPYRIGHT © ANTARA News Jambi 2024