Jambi (ANTARA Jambi) - Kebakaran di Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan pada Rabu pagi, yang menewaskan lima orang dan belasan luka bakar, diduga kuat akibat penjarahan minyak mentah dari pipa Tempino-Plaju di daerah tersebut.
Siaran pers Humas Pertamina EP yang diterima ANTARA Jambi, Rabu, menyebutkan dugaan itu dibuktikan dengan ditemukannya pipa paralon dan bak galian tanah yang menjadi tempat penampungan minyak jarahan di sekitar lokasi kejadian.
Arya Paramita dari Humas Pertamina EP Pusat menegaskan, tidak ada pipa minyak yang meledak, yang terjadi adalah kebakaran dan kebakaran itu diduga akibat api yang menyambar minyak hasil penjarahan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Kebakaran di KM 219 Bayung Lencir itu berhasil ditanggulangi sekitar pukul 11.50 WIB. Proses pemadaman dilakukan oleh tim Pertamina didukung oleh perusahaan dan instansi yang berada di sekitar lokasi kejadian. Hingga saat ini pihak Pertamina masih melakukan invesitigasi kerugian yang ditimbulkan akibat kejadian tersebut.
Koordinasi penanggulangan telah dilakukan antara pihak Elnusa selaku pelaksana "operation and maintenance", Pertamina, Kepolisian, BPMIGAS, BLH Provinsi Sumsel, dan aparatur setempat.
Tim Pemadam dari Pertamina dibantu oleh tim pemadam kebakaran dari instansi dan industri di sekitar kejadian langsung melakukan tindakan penanganan. Hingga saat ini telah timbul lima korban jiwa dan 18 korban luka bakar.
Korban yang mengalami luka bakar sebagian dirujuk dan dirawat di sejumlah rumah sakit di Kota Jambi, antara lain RS dr Bratanata (DKT) dan RSUD Raden Mattaher.
Pertamina sangat menyayangkan aksi penjarahan minyak yang masih sering terjadi di jalur pipa minyak Tempino-Plaju hingga saat ini. Aksi penjarahan tidak saja merugikan negara hingga ratusan miliar rupiah tetapi juga telah mengakibatkan kebakaran dan menimbulkan korban jiwa.
Pertamina juga mengimbau masyarakat untuk turut menjaga dan melaporkan jika ada tindakan mencurigakan yang terjadi di sekitar jalur pipa Tempino-Plaju.
Aksi penjarahan minyak di jalur pipa Tempino-Plaju sudah sangat memprihatinkan. Kerugian yang ditimbulkan telah mencapai lebih dari Rp200 miliar.
Aksi penjarahan minyak mentah mengalami peningkatan sejak pertengahan tahun 2012. Dalam lima bulan terakhir tahun ini telah terjadi kehilangan sebesar 36.587 barel (Mei), 60.554 barel (Juni), 68.037 barel (Juli), 48.325 barel (Agustus), dan 29.001 barel (September).
Bayung Lencir merupakan wilayah yang memiliki catatan angka penjarahan tertinggi. Pada tahun 2011 terjadi 158 kasus dan hingga September 2012 meningkat menjadi 373 kasus, demikian siaran pers Pertamina EP.(Ant)