Markas PBB, New York (ANTARA Jambi) - Hampir 690 juta dari 2,3
miliar anak-anak di dunia, yang hidup di wilayah paling terdampak
perubahan iklim, menghadapi tingkat kematian, kemiskinan dan penyakit
lebih tinggi akibat pemanasan alam.
Dalam laporan UNICEF berjudul Kecuali Kita Bertindak Sekarang
dinyatakan hampir 530 juta anak-anak hidup di negara paling parah
dilanda banjir dan badai tropis, sebagian besar di Asia, sementara 160
juta anak-anak lain tumbuh di wilayah dengan kekeringan parah, terutama
di Afrika.
"Anak-anak akan menanggung beban perubahan iklim. Mereka sudah
menanggung sebagian besar dampaknya," kata Nicholas Rees, spesialis
kebijakan UNICEF sekaligus penulis laporan tersebut.
"Banyaknya anak-anak terpapar bahaya iklim sangat menghawatirkan," katanya dalam laporan itu.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, dan Presiden China, Xi
Jinping, akan bergabung dengan lebih dari 135 pemimpin dunia di Paris,
pekan depan, dalam konferensi internasional bertujuan meraih kesepakatan
pertama tentang penanganan pemanasan global dalam 20 tahun ke depan.
Tugas paling mendesak yang harus dilakukan para pemerintah dunia,
kata Rees, yakni menyepakati pembatasan emisi gas rumah kaca, namun
upaya pada level nasional juga diperlukan.
"Saat pengaruh kesepakatan itu muncul, anak-anak masih akan bisa
bersekolah dan memperoleh perawatan kesehatan yang mereka butuhkan,"
kata dia.
Perhatian utama terletak pada paparan mendetail tentang penyakit
mematikan akibat perubahan iklim dan naiknya suhu bumi seperti malaria,
pneumonia, diare, dan kurang gizi.
Gelombang panas, yang terjadi lebih sering daripada sebelumnya,
mengakibatkan ruam parah, kram, kelelahan, dan dehidrasi, yang merupakan
penyebab umum hipertermia dan kematikan diantara bayi dan anak-anak.
Dampak kekeringan pertanian mengakibatkan malnutrisi dan kekurangan
gizi, yang merupakan penyebab utama kematian setengah populasi balita di
seluruh dunia.
Dari 160 juta anak yang tinggal di daerah terdampak kekeringan
hebat, hampir 50 juta diantanya berada di negara-negara yang separuh
penduduknya hidup dengan penghasilan kurang dari 4 dolar AS per hari.
Perubahan iklim juga semakin memperburuk kesenjangan, kata Rees.
"Anak-anak miskin dan anak-anak kaya tidak memiliki kesempatan yang sama saat banjir atau kekeringan terjadi," kata dia.
Daerah pesisir di Asia Selatan, Amerika Latin, dan Kepulauan Karibia
termasuk yang paling rentan terdampak, begitu pula dengan pulau-pulau
Pasifik, wilayah Tanduk Afrika, dan wilayah khatulistiwa di Afrika.
"Saat ini, anak-anak menjadi yang paling tidak bertanggungjawab
terhadap perubahan iklim, tetapi nantinya, mereka dan anak-anak mereka
kelak, akan hidup dengan konsekuensi dari perubahan iklim," kata
Direktur UNICEF Anthony Lake.
Konferensi iklim yang dimaksud akan dibuka pada 30 November dan dijadwalkan selesai pada 11 Desember 2015.
690 juta anak-anak terancam karena perubahan iklim
Selasa, 24 November 2015 13:15 WIB
......akan menanggung beban perubahan iklim. Mereka sudah menanggung sebagian besar dampaknya......