Dilansir Reuters, Sabtu (24/3), Nissan akan mengembangkan delapan mobil listrik terbaru dalam lima tahun kedepan, termasuk empat model untuk pasar China. Merek mewah dari Nissan, Infiniti, juga akan mendapatkan model listrik terbaru pada 2021.
Nissan juga menyatakan kendaraan mereka aman dan tidak berencana menghentikan uji kendaraan otonom (swakemudi) walaupun terjadi kecelakaan pada armada swakemudi Uber yang menewaskan seorang wanita di Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu.
Saat ini seluruh pabrikan otomotif dunia sedang mengembangkan dan memproduksi mobil listrik sebagai jawaban atas ketatnya peraturan emisi di beberapa negara di dunia, walaupun permintaan mobil listrik masih terbatas karena mahalnya harga dan belum banyak infrastruktur pengisian daya yang dibangun.
Diluncurkan sebagai kendaraan listrik baterai secara massal pertama kalinya di dunia pada 2010, Nissan Leaf menjadi kendaraam listrik terlaris di dunia meskipun penjualannya hanya 300.000 unit.
Nissan pun fokus pada kendaraan ramah lingkungan melalui teknologi "e-Power" yang menggunakan motor listrik sebagai penggerakkan roda untuk menjalankan mobil dengan kekuatan dari baterai Lithium-ion dari mesin bensin kecil yang digunakan hanya untuk mengisi daya ulang baterai.
Pada 2022, kendaraan yang didukung teknologi hibrida-bensin "e-Power" akan menjadi model mayoritas dari Nissan, menurut perusahaan itu.
“Inti dari strategi kami dalam hal elektrifikasi adalah baterai mobil listrik dan teknologi e-Power," kata Chief Executive Officer Nissan Philippe Klein dilansir Reuters.
Kekhawatiran atas harga dan komponen baterai mobil listrik mendorong banyak produsen mobil untuk mengembangkan berbagai teknologi emisi yang lebih rendah, namun Klein memastikan Nissan tidak akan menggunakan teknologi plug-in hibrida dan fuel cell hidrogen.
Pada 2017, Nissan menjual 163.000 kendaraan listrik secara global.***