London (ANTARA) - Harga minyak naik pada perdagangan Senin waktu setempat (21/2/2022), karena pertikaian antara Rusia dan Barat atas Ukraina, menambah kekhawatiran pasokan yang telah membuat harga minyak mendekati 100 dolar AS per barel.
Pasukan Rusia membunuh sekelompok lima penyabot yang melanggar perbatasan barat daya negara itu dari Ukraina pada Senin (21/2/2022), kantor berita mengutip militer mengatakan, tuduhan yang disebut Ukraina berita palsu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan sebelumnya pada Senin (21/2/2022) bahwa Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada prinsipnya telah menyetujui pertemuan puncak mengenai Ukraina, tetapi Kremlin mengatakan tidak ada rencana segera.
Kremlin mengumumkan Putin akan menandatangani dekrit yang mengakui dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur sebagai wilayah merdeka. Uni Eropa memperingatkan akan mempertimbangkan sanksi jika kawasan itu diakui merdeka.
Baca juga: Harga minyak jatuh, di tengah rencana KTT Biden-Putin soal Ukraina
Pasar AS ditutup pada Senin (21/2/2022) untuk liburan Hari Presiden.
"Harga minyak sekali lagi bergerak naik, karena optimisme pertemuan Biden-Putin memudar, sementara OPEC+ terus berjuang untuk mencapai kuotanya yang sebagian besar telah menciptakan defisit energi global yang parah," kata Pratibha Thaker dari Economist Intelligence Unit.
Menteri negara-negara penghasil minyak Arab mengatakan pada Minggu (20/2/2022) bahwa OPEC+ harus tetap berpegang pada kesepakatan saat ini untuk menambah 400.000 barel per hari produksi minyak setiap bulan, menolak seruan untuk memompa lebih banyak untuk mengurangi tekanan pada harga.
Kenaikan harga telah dibatasi oleh kemungkinan lebih dari satu juta barel per hari minyak mentah Iran kembali ke pasar.
Juru bicara kementerian luar negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan "kemajuan signifikan" telah dibuat dalam pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran 2015 pada Senin (21/2/2022) setelah seorang pejabat senior Uni Eropa mengatakan pada Jumat (18/2/2022) bahwa kesepakatan itu "sangat, sangat dekat".
Baca juga: Minyak ditutup beragam di tengah ketidakpastian geopolitik dan pasokan
Analis mengatakan pasar tetap ketat dan setiap penambahan minyak akan membantu, tetapi harga akan tetap fluktuatif dalam waktu dekat karena minyak mentah Iran tidak mungkin kembali sampai akhir tahun ini.
"Jika invasi Rusia (Ukraina) terjadi, seperti yang telah diperingatkan AS dan Inggris dalam beberapa hari terakhir, Brent berjangka bisa melonjak di atas 100 dolar AS per barel, bahkan jika kesepakatan Iran tercapai," kata analis Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Baca juga: Minyak merosot di Asia karena prospek pelonggaran sanksi minyak Iran
Baca juga: Minyak jatuh dua persen, pembicaraan Iran imbangi krisis Ukraina