Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menggandeng tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengkaji fenomena pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Tembong Gunung, Desa Sukamahi, Kecamatan Cikarang Pusat.
"Langkah ini dilakukan guna menentukan kebijakan yang tepat dalam menangani dampak pergerakan tanah di wilayah tersebut," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi Muchlis di Cikarang, Jumat.
Dia mengatakan kajian itu mencakup pemeriksaan menyeluruh terhadap kondisi tanah di area bencana akibat fenomena pergerakan tanah dimaksud. Hasil kajian akan menjadi acuan dalam menentukan langkah penanganan lanjutan.
"Kami masih menunggu hasil kajian resmi dari PVMBG. Rekomendasi mereka akan menjadi dasar kami dalam mengambil tindakan atau pun penanganan lanjutan," katanya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik pada BPBD Kabupaten Bekasi Dodi Supriadi menyatakan pergerakan tanah terjadi setelah hujan deras mengguyur kawasan itu dalam beberapa hari terakhir.
Akibat kejadian tersebut, delapan rumah terdampak dengan rincian tiga rumah mengalami rusak berat dan lima rumah lain mengalami kerusakan skala ringan.
"Semua rumah terdampak merupakan bangunan permanen. Beberapa di antaranya mengalami retakan serius pada dinding dan lantai akibat pergeseran tanah. Kerusakan cukup signifikan terutama pada struktur fondasi," ucapnya.
Ia menduga intensitas hujan yang tinggi menjadi pemicu utama terjadi pergerakan tanah. Kondisi tanah yang jenuh air menyebabkan struktur tanah tidak stabil sehingga bergeser secara perlahan dan memicu longsor kecil.
"Curah hujan yang tinggi membuat tanah menjadi tidak stabil. Hal ini menyebabkan pergerakan tanah yang merusak bangunan di sekitarnya," katanya.
BPBD Kabupaten Bekasi telah mengirimkan bantuan logistik berupa bambu dan bronjong ke lokasi kejadian. Material tersebut digunakan untuk memperkuat struktur tanah sementara sekaligus upaya mencegah longsor susulan.
"Bantuan sudah kami kirimkan ke lokasi sebagai langkah awal penanganan. Bambu dan bronjong digunakan untuk menahan pergerakan tanah lebih lanjut," katanya.
Sementara proses penanganan hingga kini masih terus dilakukan oleh pihak terkait untuk memastikan keamanan warga dan mencegah dampak lebih besar dari fenomena pergerakan tanah tersebut.
"Kami mengimbau masyarakat di sekitar lokasi kejadian untuk tetap waspada terutama di tengah cuaca ekstrem yang berpotensi memperburuk kondisi tanah di wilayah tersebut," kata dia.