Jambi (ANTARA) - Kelompok Tani Berkah Abadi yang menjadi kelompok binaan PT Wirakarya Sakti (WKS) unit Usaha APP Group, mampu memproduksi madu hasil budidaya lebah di lahan konsesi tanaman akasia di Distrik VII Kabupaten Muaro Jambi dan Tanjungjabung Timur, Provinsi Jambi.
Usaha budidaya lebah madu di Desa Danau Lamo, Distrik VII PT Wirakarya Sakti (WKS), Kabupaten Muaro Jambi, kini semakin berkembang berkat dukungan dari program Desa Makmur Peduli Alam (DMPA) PT WKS yang bertujuan memberdayakan masyarakat sekitar hutan melalui kegiatan produktif dan ramah lingkungan.
Ketua Kelompok Tani Berkah Abadi, Bustomi, Rabu mengatakan kelompoknya berdiri sejak lima tahun lalu dan kini membawahi sekitar 25 anggota dari masyarakat Desa Danau Lamo.
Kelompok ini telah mengembangkan usaha madu hingga memiliki empat lokasi budidaya dengan memanfaatkan area kebun perusahaan yang tersedia di Distrik VII sebagai tempat penempatan kotak-kotak lebah.
“Panen madu biasanya berlangsung setiap 21 hari sekali, tergantung cuaca. Panen terakhir kami menghasilkan sekitar 262 kilogram madu, dengan harga jual rata-rata Rp20 ribu per kilogram dan kami pernah juga mencapai produksi tertinggi hingga 1,7 ton,” kata Bustomi.
Produk madu hasil kelompok tani ini dipasarkan ke berbagai daerah, mulai dari Jambi, Riau, Palembang, hingga Medan dan Jawa.
Kendala utama saat ini, kata dia, bukan pada pemasaran, melainkan fluktuasi harga yang ditentukan pembeli. Meski begitu, usaha ini telah memberikan tambahan pendapatan signifikan bagi anggota kelompok.
“Dukungan kami menjadi faktor penting dalam keberlangsungan program itu,” kata Kepala Humas PT WKS, Taufik Qurochman.
Perusahaan berperan sejak awal dalam menyediakan lokasi, membantu penyediaan kotak lebah di tahap awal, serta mendukung akses transportasi.
“Awalnya di Danau Lamo ada sekitar 150 kotak, sekarang sudah berkembang mandiri hingga hampir ribuan kotak di beberapa lokasi, kami juga pernah fasilitasi pelatihan dengan membawa petani belajar ke kelompok madu yang lebih senior,” kata Taufik.
Taufik menambahkan bahwa program madu ini merupakan bagian dari DMPA yang dijalankan di desa-desa binaan PT WKS. Di Distrik VII terdapat 17 desa, dengan empat desa memiliki potensi besar untuk budidaya madu, terutama Desa Danau Lamo dan Desa Suka Maju. Selain meningkatkan ekonomi masyarakat, program madu juga berdampak positif bagi lingkungan.
“Budidaya madu ini ramah lingkungan, tidak menggunakan bahan berbahaya dan sekaligus mencegah masyarakat membuka lahan atau merambah kawasan hutan,” kata Taufik.
Program budidaya madu binaan PT WKS di Desa Danau Lamo telah berjalan sejak 2020, tepat di masa pandemi COVID-19, dan terus menunjukkan perkembangan positif. Masyarakat berharap dukungan perusahaan dapat terus berlanjut, baik dalam hal fasilitasi maupun penguatan pasar, sehingga usaha madu bisa menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan.
