Kota Jambi (ANTARA) - Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas (Hiswana Migas) Provinsi Jambi menyebut, pasokan solar yang diberikan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) belum penuhi kebutuhan.
"Berdasarkan hitungan bersama tim Hiswana Migas kebutuhan solar di Jambi mencapai 450 kiloliter, namun kuota yang diberikan hanya 412 kiloliter," kata Ketua Hiswana Migas Muhammad Hafiz di Jambi, Jumat.
Menurut dia, selisih itu membuat pasokan bahan bakar cepat habis menyebabkan antrean tidak bisa dihindari di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Masalah ini juga diperburuk dengan maraknya pelangsir Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar yang memanfaatkan situasi. BBM subdisi yang seharusnya untuk masyarakat justru dibeli oleh penimbun (pelangsir), kemudian dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi. Akibatnya, BBM semakin sulit didapat oleh masyarakat umum.
Kondisi tersebut menyebabkan sering terjadi protes pengemudi kendaraan saat melakukan antrean di SPBU.
Hal tersebut membuktikan bahwa kebutuhan solar masyarakat semakin mendesak, sementara jumlah pasokan yang disalurkan tidak mencukupi.
Lanjut Hafiz, letak Jambi yang berada di tengah Pulau Sumatera membuat kebutuhan bahan bakar solar semakin besar. Menurutnya, Jambi seharusnya mendapat perhatian lebih.
Mengingat, banyak kendaraan penumpang antar kota dan provinsi (Bus) serta kendaraan logistik yang menuju provinsi lain di Sumatera melakukan pengisian bahan bakar di Jambi.
Pihaknya berharap BPH Migas segera meninjau ulang pasokan BBM subsidi untuk Jambi.
Selain itu, ia mendorong pembentukan Satuan Tugas (Satgas) untuk mengawasi kegiatan menyimpang pelansiran BBM subsidi jenis solar.
"Letak geografis Jambi ini strategis karena di tengah-tengah Sumatera. Kalau memang barang logistik dan penumpang itu berangkat dari Jakarta, isi penuh dari Merak, maka habisnya di Jambi," sebutnya.
