Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Prof Wardana menyatakan campuran etanol 10 persen pada bahan bakar minyak (BBM) jenis E10 masih dalam batas aman penggunaan, sehingga tidak memberikan dampak negatif pada kondisi mesin kendaraan, sebaliknya justru mesin lebih bagus.
Prof Wardana di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat, mengatakan campuran etanol yang dilakukan secara terukur justru mampu meningkatkan oktan pada bahan bakar.
"Sampai 30 persen masih bagus, itu hasil penelitian. Efisiensi malah tinggi apalagi 10 persen sudah meningkatkan oktan bahan bakar, justru mesinnya lebih bagus," kata Prof Wardana di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat.
Maka dari itu, Prof Wardana mempertanyakan adanya informasi maupun isu yang menyatakan bahwa kandungan etanol bisa berdampak bagi kondisi mesin.
"Makanya saya bertanya-tanya soal kabar negatif soal ini, sehingga isu itu tidak tahu ya dari mana. Itu hasilnya bagus, kualitas mesin menjadi bagus," ucapnya.
Selain itu, keputusan pemerintah menggunakan BBM jenis E10 disebutnya menjadi strategis untuk menciptakan kemandirian energi nasional.
Dia menilai digunakannya BBM jenis E10 akan mampu memangkas ekspor untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar di tanah air.
Oleh karena itu, dengan langkah ini disebutnya pemerintah bukan hanya bertujuan menciptakan kemandirian tapi juga ketahanan energi.
"Kita kan impor sekitar 1 juta barel itu kira-kira 60 persen impor dari total bahan bakar yang dipakai, kalau memakai yang 10 persen mungkin berkurang 10 persen impornya," ujar dia.
Meski demikian, pemerintah diingatkan supaya membentuk strategi jangka panjang untuk memastikan kemandirian energi nasional bisa berjalan terus.
Untuk strategi jangka panjang, salah satunya dengan mengoptimalkan ketersediaan sumber daya energi dengan membangun fasilitas instalasi secara merata.
"Seperti geotermal, matahari, angin, itu potensi besar. Ini yang harus dibangun terus pembangkitnya jangan berhenti," kata dia.
