Dubai (ANTARA) - Iran pada Jumat mengatakan telah kembali mengendurkan komitmennya terhadap perjanjian nuklir 2015, yang dicapai bersama sejumlah negara berpengaruh dunia, menurut media Iran.

Penurunan tanggung jawab itu merupakan pembalasan atas sanksi-sanksi yang diterapkan kembali oleh Amerika Serikat terhadap Teheran.

Iran pada Rabu (4/9) mengatakan akan memulai lagi mengembangkan alat pemutar untuk mempercepat pengayaan uranium, yang dapat menghasilkan bahan bakar bagi kilang pembangkit listrik atau untuk bom atom.

Teheran selama ini membantah berupaya mengembangkan senjata nuklir.

"Menteri Luar Negeri (Mohammad Javad) Zarif, melalui surat kepada kepala kebijakan (Federica Mogherini) EU (Uni Eropa) mengumumkan bahwa Iran telah mencabut semua pembatasan terhadap kegiatan Penelitian dan Pengembangan (nuklirnya)," menurut laporan Kantor Berita Mahasiswa Iran ISNA, yang mengutip juru bicara Kementerian Luar Negeri Abbas Mousavi.

Baca juga: Iran akan istirahatkan program nuklir jika JCPOA kembali dipatuhi

Berdasarkan kesepakatan nuklir 2015, Iran secara terbatas diperbolehkan melakukan penelitian dan pengembangan alat pemutar canggih.

Alat tersebut bisa mempercepat produksi bahan serpihan yang dapat digunakan untuk membuat bom nuklir.

Iran sebelumnya menyetujui pembatasan terhadap kegiatan-kegiatan khusus selama delapan tahun menyangkut penelitian dan pengembangan.

Presiden Donald Trump tahun lalu menarik Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut. Ia beralasan bahwa kesepakatan itu tidak terlalu bagus. Sebagai gantinya, AS justru menerapkan kembali sanksi-sanksi, yang telah menurunkan penjualan minyak mentah Iran sebanyak lebih dari 80 persen.

Baca juga: Iran akan kembali ke kesepakatan bila ada jalur kredit minyak

Iran telah membalas langkah itu dengan menurunkan komitmennya pada perjanjian nuklir tersebut sejak Mei.

Teheran juga mengancam akan terus mencabuti larang-larangan menyangkut program nuklirnya, kecuali negara-negara Eropa penandatangan perjanjian nuklir tersebut berbuat lebih banyak untuk melindungi perekonomian Iran dari sanksi AS.

Inggris dan Prancis, yang sama-sama adalah penandatangan kesepakatan itu, telah mendesak Iran untuk menghindari langkah-langkah yang tidak sesuai dengan ketentuan perjanjian.

Televisi negara mengatakan Badan Energi Atom Iran pada Sabtu (7/9) akan mengungkapkan langkah baru Teheran secara rinci, yang akan diambil Presiden Hassan Rouhani guna mempercepat program nuklir Iran.

Baca juga: Kremlin: Putin dan Macron bahas perjanjian nuklir Iran

Iran sudah mengatakan bahwa pihaknya masih berniat menyelamatkan perjanjian nuklir 2015. Pada Rabu, Teheran memberi tenggat waktu selama 60 hari kepada negara-negara Eropa penandatangan perjanjian itu.

Di pihak AS, perjanjian nuklir dicapai di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama.

Berdasarkan perjanjian, Iran akan mengendalikan kegiatan nuklirnya dengan imbalan bahwa sebagian besar sanksi terhadap negara itu akan dicabut pada 2016.

Langkah baru yang ditempuh Iran itu akan dijalankan "secara damai, di bawah penjagaan badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-bangsa" jika negara-negara berpengaruh Eropa memegang janji mereka, kata Presiden Hassan Rouhania, Rabu.

Sumber: Reuters

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019