kasihan anak-anak kalau harus jalan jauh ke hutan
Ambon (ANTARA) - Warga Desa Kaitetu, Kecamatan Leihitu (Pulau Ambon), Kabupaten Maluku Tengah yang masih panik dengan guncangan gempa bumi susulan yang masih terus terasa, Jumat, memilih bermalam di Masjid kuno Wapauwe.

Mereka yang tidur dan bermalam di Masjid Wapuwe adalah kaum perempuan, orang tua, orang sakit dan anak-anak yang kesulitan untuk mengungsi ke hutan di lereng-lereng bukit seperti sebagian besar warga Kaitetu lainnya.

Aktivitas bermalam di Masjid Wapauwe sudah dilakukan sejak gempa tektonik magnitudo 6,8  terjadi pada Kamis, 26 September 2019.

Warga mulai berkumpul di Masjid Wapauwe selepas Isya, dan terus bertambah hingga tengah malam.

Tak sekedar bermalam dan tidur dengan menggelar tikar di teras dan pelataran masjid, sebagian dari mereka juga menyempatkan diri untuk berzikir dan membaca Surah Yassin sebagai doa tolak bala bencana alam.

Ny. Sofana Tahyudin (41) misalnya. Awalnya ia lebih memilih untuk ikut mengungsi ke hutan di lereng bukit bersama warga lainnya, tapi ia dan keluarga kemudian memutuskan untuk bermalam dan tidur di Masjid Wapauwe.

Selain karena akses yang lebih dekat ke rumah dan mudah bagi ketiga anaknya yang berusia remaja dan balita, Sofana juga merasa lebih tenang dengan berlindung di masjid.

Baca juga: Kondisi warga tiga desa di pengungsian memprihatinkan


"Awalnya saya lebih memilih ke hutan karena isu tsunami, tapi suami bilang tidak usah lari, tapi ke masjid tua saja, lagi pula kasihan anak-anak kalau harus jalan jauh ke hutan," kata dia.

Yus Iha, Marbot Masjid kuno Wapauwe, mengatakan pihaknya tidak mengeluarkan ajakan agar warga menginap di masjid, melainkan mereka sendiri yang berinisiatif untuk berlindung di masjid.

"Sudah sejak kemarin, mereka datang sendiri untuk menginap, kami tidak memberikan ajakan ataupun peringatan agar lebih baik menginap di masjid dari pada ke hutan," ucapnya.

Pengurus Masjid Wapauwe, kata Yus lagi, tidak melarang warga setempat atau siapa pun untuk bermalam di sana, sebaliknya merasa senang akan kehadiran mereka.

"Kita tidak bisa melarang orang yang ingin berlindung di rumah Allah SWT. Mereka yang dari Kota Ambon saja kemarin datang ke sini, apalagi warga Kaitetu sendiri," ujar Yus.

Baca juga: BNPB: Korban meninggal gempa Ambon 19 orang

 

Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019