Justru isu-isu radikalisme itu karena lulus pesantren enggak punya pekerjaan lalu keluar negeri
Gresik (ANTARA) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Jazilul Fawaid  mengatakan, lembaga legislatif tersebut siap mendorong penguatan sumber daya manusia di pesantren dan menghidupkan perekonomian santri.

"Dua program yang akan diberdayakan MPR. Pertama,  santri harus ada penguatan pada Sumber Daya Manusia. Kedua, ekonomi santri harus hidup," ujar Jazilul usai menghadiri peringatan Hari Santri Nasional di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik Jawa Timur, Kamis dinihari. Sejak Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 soal penetapan Hari Santri Nasional, Jazilul mengatakan, MPR harus mendukung keputusan itu dan melakukan sesuatu untuk santri. Terutama di bidang ekonomi dan pendidikan.

Ia menambahkan, sebagai orang yang dilahirkan di Pulau Bawean, ia meyakinkan 
kalau hampir seratus persen masyarakat Pulau Bawean merupakan santri, dan karenanya ia mendorong upaya tersebut segera dilakukan di tempat kelahirannya tersebut.

"Momentum seperti ini untuk memompa semangat mereka kalau tantangan hari ini berbeda dari yang kemarin. Apalagi karena saya putra daerah, diberikan amanah sebagai wakil ketua MPR, saya berkewajiban untuk melakukan penguatan terkait tugas-tugas saya terutama penguatan empat pilar konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI," kata Jazilul.

Baca juga: Panglima Santri: Tanpa ulama dan santri Indonesia tidak akan merdeka
 

Menurut Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa itu, posisi santri di negara ini seharusnya berada di barisan paling depan. Karena empat pilar kebangsaan sudah diajarkan kepada santri sejak kecil.

"Bahkan dilagukan itu, cinta tanah air itu sebagian dari iman (hubbul wathan minal iman). Itu artinya cinta NKRI. Jadi santri menurut saya harus ada di garda paling depan," kata dia.

Jazilul merasa kalau santri harus diberikan peluang dan dukungan pemberdayaan oleh pemerintah. Kalau tidak, nanti akan mudah disusupi radikalisme.

"Justru munculnya isu-isu radikalisme itu karena lulus dari pesantren enggak punya pekerjaan lalu keluar negeri. Di situ tertular itu," ujar Jazilul.

Ia mencontohkan beberapa orang di daerah pemilihannya di Lamongan, yang tertular radikalisme, bukan di daerah tempat tinggalnya.

"Mereka tertularnya ketika mencari kerja di luar negeri. Kemudian bertemu dengan kelompok-kelompok itu, direkrut, diajari, jadilah itu. Kemudian melakukan operasinya di Indonesia. Kalau melakukan operasinya di luar sih saya kira tidak akan merusak bangsa kita," kata Jazilul mengakhiri wawancara dinihari itu.

Baca juga: Hidayat Nur Wahid: Santri kontribusi atasi kemiskinan dan pengangguran
 

Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019