Gempa ini mengingatkan kita pada peristiwa Gempa Seririt tanggal 14 Juli 1976.
Jakarta (ANTARA) - Gempa bumi tektonik bermagnitudo 5,1 yang mengguncang Bali Utara pada Kamis (14/11) pukul 17.21 WIB memiliki mekanisme yang sama dengan gempa dahsyat yang mengguncang Pulau Dewata yang juga disebut gempa Seririt pada 14 Juli 1976.

"Mekanismenya mirip, sama-sama sesar naik dan dilihat dari lokasinya juga dekat," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono di Jakarta, Kamis.

Gempa pada Kamis sore berdasarkan analisis BMKG setelah di perbarui bermagnitudo 5 dengan episenter terletak pada koordinat 8.16 LS dan 114.9 BT tepatnya di laut pada jarak 21 km arah Barat Kota Buleleng, pada kedalaman 10 km.

Baca juga: Warga Jember rasakan guncangan gempa Bali

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa ini merupakan gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif.

Dugaan kuat pemicu gempa ini adalah aktivitas sesar naik belakang busur (back arc thrust).

Ini relevan dengan hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan kombinasi geser dan naik (oblique thrust).

Guncangan gempa dirasakan di Buleleng dalam skala intensitas III - IV MMI dimana guncangan dirasakan oleh orang banyak cukup kuat. Sementara di Denpasar, Mataram, Jembrana, Jimbaran, Mengwi, Dalung, Kuta guncangan dirasakan dalam skala intensitas III MMI dirasakan seperti ada truk yang sedang berlalu. Sementara guncangan juga dirasakan di Banyuwangi, Lombok Barat dalam intensitas II MMI benda-benda ringan yang digantung bergoyang.

Warga di Buleleng dilaporkan berhamburan keluar rumah karena terkejut adanya guncangan kuat tiba-tiba, namun hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami.

Hingga pukul 17.40 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya aktivitas gempa empat kali susulan (aftershock).

"Gempa ini mengingatkan kita pada peristiwa Gempa Seririt tanggal 14 Juli 1976. Gempa Seririt saat itu berkekuatan M 6,5 yang berdampak sangat merusak menyebabkan sebanyak 573 orang meninggal dunia," katanya.

Gempa Seririt yang dipicu oleh aktivitas sesar ini menyebabkan kerusakan parah di Buleleng dan Negara. Tercatat sebanyak 573 orang meninggal dunia di Buleleng, Jembrana, dan Tabanan. Sementara 4.000 orang lainnya luka-luka dan sekitar 450.000 orang kehilangan tempat tinggal. Gempa ini dilaporkan memicu tsunami kecil di pantai utara Bali.

Baca juga: Gempa M 5,1 guncang Bali, tidak berpotensi tsunami

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019