Ini sebenarnya capaian yang bagus untuk Batan karena selama ini di negara-negara manapun tidak ada dua collaborating center yang dimiliki oleh suatu negara, ini adalah satu-satunya terkait uji tak merusak dan pemuliaan tanaman
Yogyakarta (ANTARA) - Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) saat ini menjadi satu-satunya institusi di dunia yang ditunjuk oleh Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency /IAEA) sebagai pusat kolaborasi atau collaborating center pengembangan teknologi nuklir. 

"Ini sebenarnya capaian yang bagus untuk Batan karena selama ini di negara-negara manapun tidak ada dua collaborating center yang dimiliki oleh suatu negara, ini adalah satu-satunya terkait uji tak merusak dan pemuliaan tanaman," kata Deputi Kepala BATAN Bidang Sains dan Aplikasi Teknologi Nuklir Efrizon Umar kepada ANTARA di sela-sela acara Paparan Capaian Science Techno Park BATAN di Klaten, Jawa Tengah, Senin.

Dengan penunjukan sebagai collaborating center, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir Indonesia diakui dunia, dan Indonesia menjadi acuan maupun rujukan bagi banyak negara di kawasan Afrika dan Asia-Pasifik  untuk mempelajari pemanfaatan iptek nuklir termasuk untuk peningkatan produktivitas pangan.

Baca juga: Batan lakukan hilirisasi riset guna tingkatkan perekonomian daerah

Efrizon mengatakan negara-negara di Asia dan Afrika dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk penguasaan iptek nuklir di bidang pertanian. "Di antaranya perwakilan dari Burkina Faso, Nigeria, Tanzania datang ke BATAN Pasar Jumat untuk mengadopsi kemampuan kita dalam pemuliaan tanaman," ujarnya. 

Negara-negara di kawasan Afrika yang datang ke Indonesia juga belajar dan mengadopsi teknologi tentang pemuliaan tanaman yakni sorgum yang merupakan makanan pokok di wilayah Afrika.

Indonesia dipilih sebagai collaborating center untuk dua bidang itu karena dinilai memiliki kapasitas baik dalam fasilitas seperti laboratorium maupun sumber daya manusia serta reputasi baik dalam pemanfaatan nuklir bidang pertanian. 

BATAN berhasil menciptakan varietas-varietas unggul dengan teknik pemuliaan tanaman dengan radiasi gamma. Dengan varietas unggul itu, produktivitas pertanian meningkat dan pendapatan petani bertambah sehingga kesejahteraan mereka makin meningkat. 

Pertama kali IAEA menetapkan BATAN sebagai pusat kolaborasi bidang pemuliaan tanaman pada 2017, kemudian penunjukkan itu diperbarui setiap empat tahun. Sementara, sejak 2015 Indonesia ditunjuk oleh  sebagai pusat kolaborasi untuk bidang uji tak rusak.

Baca juga: Peneliti senior Batan akui keunggulan desain pembangkit Thorcon

Pada 2014, BATAN juga mendapatkan penghargaan Outstanding Achievement Award on Plant Mutation Breeding dari IAEA. Dengan demikian, lembaga itu dijadikan sebagai pusat kerja sama IAEA untuk penelitian dan pengembangan pertanian berbasis iptek nuklir di kawasan Asia-Pasifik.

Negara negara Afrika yang tergabung di skema AFRA IAEA tertarik untuk mempelajari pemanfaatan Iptek nuklir dikawasan regional lainnya, salah satunya adalah regional Asia Pasifik, khusus untuk regional Asia Pasifik, 

Sejak penunjukan sebagai collaboration center, BATAN memberikan pelatihan di bidang iptek nuklir untuk pemuliaan tanaman dan mengirimkan ahli. 

Pelatihan yang diberikan antara lain pada 4 - 15 Nopember 2019, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi (PAIR) BATAN memberikan pelatihan kepada 32 peneliti dari negara-negara Asia-Pasifik dan Afrika terkait ilmu pemuliaan mutasi tanaman. Pelatihan itu bertema IAEA/BATAN Regional Training Course on Molecular Approaches for Selection of Desired Green Traits in Crops.

Peserta pelatihan yang hadir berasal dari  China, India, Bangladesh, Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Malawi,  Mongolia, Myanmar, Nepal, Pakistan, Sri Lanka dan Togo.

Melalui implementasi teknologi nuklir, Indonesia menghasilkan berbagai varietas unggul seperti padi, kedelai, kacang hijau,sorgum, kacang tanah, kapas, dan gandum tropis. 

Baca juga: BATAN melimbahkan reflektor reaktor nuklir Triga Mark

Kemudian, delegasi negara-negara Afrika yang tergabung di The African Regional Cooperative Agreement for Research, Development and Training Related to Nuclear Science and Technology (AFRA) ke Indonesia pada 8-12 Oktober 2018 untuk mengunjungi kawasan nuklir Pasar Jumat.

Para delegasi berasal dari delapan negara yakni Sudan, Niger, Tanzania, Senegal, Mozambik, Malawi, Republik Kongo dan Angola. Negara negara Afrika yang tergabung di skema AFRA IAEA tertarik untuk mempelajari pemanfaatan iptek nuklir.

Terpilihnya BATAN sebagai pusat kolaborasi  oleh IAEA adalah hal yang baik, kata pakar nuklir Universitas Gadjah Mada Yudi Utomo. 

"Pusat kolaborasi itu sifatnya dunia. Malah bagus, artinya menunjukkan peran kita di tingkat dunia,” ujar dia.

Bahkan, menurut dia, ada satu bidang yang banyak dipelajari, bahkan orang-orang Indonesia terlibat di tingkat dunia yaitu produk di bidang energi misalnya pembangkit listrik. Meski untuk saat ini memang pemanfaatan ilmu tersebut lebih banyak diterapkan di luar negeri.

Baca juga: Menristek ingin Batan dan Bapeten bumikan nuklir di Indonesia

Baca juga: Komersialisasi produk berbasis teknologi nuklir ditingkatkan BATAN


Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2019