Kasat Reskrim Polrestabes Palembang Kompol Yon Edi Winara, Rabu, mengatakan pelaku berinisial B (17) melakukan teror ke rumah kakeknya sendiri, Kapten (Purn) Sunaria (65) karena dendam dengan keluarganya.
Palembang (ANTARA) - Polisi mengamankan pelaku teror bom di rumah purnawirawan TNI di Kota Palembang, Sumatera Selatan ternyata masih cucu dari pemilik rumah tersebut.

Kasat Reskrim Polrestabes Palembang Kompol Yon Edi Winara, Rabu, mengatakan pelaku berinisial B (17) melakukan teror ke rumah kakeknya sendiri, Kapten (Purn) Sunaria (65) karena dendam dengan keluarganya.

"Ada latar belakang psikologis dimana B (17) melakukan teror agar lebih mendapat perhatian dari keluarganya," ujar Kompol Yon Edi Winara, saat memberi keterangan pers.
Baca juga: Polrestabes Palembang perketat keamanan pengunjung

Sebelumnya diberitakan, seseorang meneror rumah Kapten (Purn) Sunaria dengan meletakkan tas di depan rumah pada Senin pagi (9/12). Tim Jibom Brimob Polda Sumsel bereaksi cepat dengan meledakkan tas tersebut.

Namun setelah diperiksa lebih dalam, tas tersebut tidak berisi bom atau bahan peledak, melainkan hanya rangkaian botol yang diikat dengan kabel
menyerupai bentuk bom.
Baca juga: RS Myria aman
Material non-peledak yang digunakan pelaku teror bom di Palembang, Rabu (11/12/2019). (ANTARA/Aziz Munajar/19)


"Materialnya mungkin bisa dibuat peledak tapi tidak ada sistem untuk menyambungkannya, material hanya dililit dengan lakban lalu dimasukkan ke dalam tas dan diletakkan di depan rumah, cuma yang melihat bilangnya itu bom," katanya lagi.

Selain teror bom, pelaku juga diketahui beberapa kali membuat ulah serupa dan membuat laporan palsu penculikan yang tujuannya untuk mendapatkan perhatian keluarga.

Polisi tidak mengenakan pasal apa pun kepada pelaku, ia hanya akan dibina lebih intensif oleh KPAI bersama keluarganya.

Wakil Ketua KPAI Palembang Rumjani mengatakan ulah pelaku dikategorikan kenakalan remaja yang kurang perhatian keluarga dan masih bisa dibina secara komprehensif.

"Anak ini sepertinya kurang bekal nuansa keagamaan, ia ingin diperhatikan secara penuh oleh keluarga, makanya nanti kami koordinasikan dengan keluarganya untuk pendalaman psikologi," ujar Rumjani.

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019