Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dr Daeng M Faqih mengimbau dokter untuk mempelajari informasi dari organisasi kesehatan dunia (WHO) terkait penanganan virus corona.

Di sela pelantikan dan rapat kerja IDI Wilayah Jatim Masa Bakti 2019-2022 di Surabaya, Minggu, ia meminta dokter harus mewaspadai virus yang baru akan diujicobakan vaksinnya pada manusia tiga bulan lagi tersebut.

Baca juga: RSUD Soetomo rawat WN China di ruang khusus

Baca juga: Pemeriksaan medis wajib bagi pekerja China di Papua Barat

Baca juga: Paris batalkan pawai Tahun Baru Imlek menyusul sebaran virus corona

 

"Yang pasti harus dikuasai segala ilmunya, karena pastinya banyak yang tidak tahu karena ini penyakit baru. Jadi pelajari informasi dari WHO, lalu sampaikan ke masyarakat bagaimana pencegahan, pengenalan dan penanganannya," ujarnya.

Daeng mengungkapkan kefatalan virus ini tidak seperti SARS dan flu burung tetapi sejauh ini vaksin virus corona belum ditemukan.

Sejauh ini, kata dia, pengobatan yang dilakukan jika ditemukan pasien terinfeksi yaitu memperbaiki daya tahan tubuhnya.

"Pengobatannya baru supportive. Jadi gejala diobati dan daya tubuh ditingkatkan karena semua infeksi virus itu biasanya sembuh sendirinya asal kondisi tubuh baik," ucapnya.

Berdasarkan informasi yang diterimanya, Daeng mengungkapkan virus ini tersebar melalui sup ular dan ular ini sebelumnya mengkonsumsi kelelawar.

"Itu di Wuhan, di Indonesia belum tentu hewannya terinfeksi corona. Tapi lebih baik dihindari dulu makan ular dan kelelawar," katanya.

Daeng memastikan virus belum masuk ke Indonesia sebab satu pasien di Jakarta dan dua pasien di Bali yang diduga terinfeksi dinyatakan sehat setelah gejala flu tersebut dideteksi.

Sementara itu, Ketua IDI Jatim dr Sutrisno menuturkan pihaknya telah mengimbau dokter yang bertugas di pintu-pintu masuk Indonesia.

Selain itu, ia juga meminta rumah sakit menyediakan ruang isolasi bagi yang positif terinfeksi virus corona.

Pewarta: Fiqih Arfani/Willy Irawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020