Alat bencana deteksi dini masih banyak yang perlu disiapkan
Jakarta (ANTARA) - Komisi V DPR RI meminta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meningkatkan sistem peringatan dini untuk mengurangi risiko di masyarakat terhadap cuaca ekstrem.

"Peringatan dini sebagai kunci dalam pengurangan resiko cuaca ekstrem," ujar Ketua Komisi V DPR Lasarus dalam rapat evaluasi penanganan sarana dan prasarana transportasi perayaan Natal 2019 dan Tahun Baru 2020, di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, Indonesia memiliki perubahan cuaca yang cukup cepat sehingga membutuhkan peralatan yang memadai.

"Tiap tahun anggarannya kita tingkatkan terus sehingga seluruh infrastruktur yang diharapkan BMKG bisa kita penuhi demikian juga dengan Basarnas," katanya.

Selain itu, lanjut dia, DPR juga meminta BMKG untuk melakukan reformulasi diseminasi informasi cuaca kepada masyarakat luas.

"Alat bencana deteksi dini masih banyak yang perlu disiapkan," ucapnya.

Sementara itu, Anggota DPR Komisi V dari Fraksi PKB Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz juga meminta BMKG untuk lebih aktif melakukan sosialisasi melalui dunia maya hingga melakukan sosialisasi langsung ke sejumlah daerah agar masyarakat lebih sadar terhadap potensi bencana.

"Saya kira selain sosialisasi melalui internet, perlu dilakukan sosialisasi melalui kunjungan ke daerah," katanya.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengakui peringatan dini yang disampaikan BMKG kurang populer di masyarakat. Peringatan dini, seperti potensi hujan hanya menduduki urutan kesembilan di trending topic media sosial, Twitter.

"Jadi kalah dengan Jiwasraya, Peringatan Hari Ibu bahkan Ahmad Dhani yang bebas, itu lebih diperhatikan daripada peringatan dini BMKG. Itulah tantangan bagi kami," katanya.

Saat ini, lanjut dia, pihaknya akan terus berupaya secara optimal memberikan informasi kepada masyarakat. Saat ini, puncak mudik dan perayaan Idul Fitri tahun 2020 sedang menjadi perhatian BMKG.

"Puncak mudik saat Idul Fitri nanti akan terjadi bulan Mei, dan pada saat itu, terjadi peralihan musim antara musim hujan dan musim kemarau, dan acamannya berbeda lagi, yaitu angin puting beliung," paparnya.

Untuk mengurangi risiko, Dwikorita mengatakan pihaknya bakal melakukan operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan optimal.

Baca juga: DPR apresiasi penanganan transportasi perayaan Natal dan Tahun Baru
Baca juga: Meningkatnya suhu di Palu akibat puncak inklinasi, sebut BMKG

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020